Kamis, 16 Juni 2011

Jack the Ripper

Jack the Ripper. Ia adalah seorang pembunuh yang dianggap bertanggung jawab atas kematian lima wanita PSK pada tahun 1888 di London yang ditemukan dalam kondisi tubuh termutilasi. Setelah lebih dari 100 tahun, identitas sang pembunuh masih belum terungkap. Dalam barisan teori-teori modern mengenai identitas sang pembunuh, inilah yang terbaru.

Seorang sejarawan mengklaim telah menemukan identitas sebenarnya dariJack the Ripper dan ia percaya bahwa korbannya mungkin lebih banyak dua orang dari yang dikira.

Sejarawan Mei Trow menggunakan teknik forensik modern yang biasa dipakai oleh polisi, termasuk metode profiling psikologi dan geografi hingga menghasilkan kesimpulan bahwa seseorang yang bernama Robert Mann, seorang petugas kamar mayat, adalah pembunuh sadis tersebut.

Teorinya yang merupakan hasil dari riset intensif selama dua tahun dibahas di film dokumenter Discovery Channel yang berjudul “Jack the Ripper : Killer Revealed”.

Penelitian Trow bermula pada sebuah informasi yang didapatnya pada tahun 1988 dari hasil pemeriksaan FBI atas kasus Jack The Ripper yang telah menghasilkan profile kepribadian pembunuh yang komprehensif.


Hasil profiling FBI menghasilkan kesimpulan bahwa Jack adalah seorang pria berkulit putih dari masyarakat kelas bawah, kemungkinan merupakan produk broken home.



Jack
 mungkin seorang pekerja kasar, namun memiliki pengetahuan mengenai anatomi manusia, seperti tukang daging, petugas kamar mayat atau asisten dokter. Jack juga disebut tidak berinteraksi dengan manusia dalam waktu cukup lama sehingga ia mungkin mengalami masalah sosial. Robert Mann sesuai dengan deskripsi ini. Ia datang dari keluarga bermasalah. Ayahnya jarang hadir dalam hidupnya dan sejak kecil ia telah menjadi pekerja kasar. Trow mengatakan :”Saya ingin menelusuri lebih jauh daripada sekedar mitos seseorang dengan mantel, topi dan sebilah pisau, dan masuk ke dalam kenyataan. Dan kenyataannya Jack adalah pria biasa.” Trow juga mengemukakan teori yang mengejutkan. Jack The Ripper mungkin telah membunuh dua wanita lainnya. Ia percaya Martha Tabram yang ditemukan mati dengan 39 luka tusukan di Gunthorpe Street adalah korban pertama Jack. Sedangkan Alice Mackenzie yang yang terbunuh lima bulan setelah lima pembunuhan yang dilakukan Jack merupakan korban terakhirnya. Mayat dua wanita ini, bersama mayat Polly Nichols dan Annie Chapman, korban Jack lainnya, dikirim ke rumah mayat Whitechapel tempat Robert Mann bekerja. Mann akhirnya menjadi saksi polisi yang mengkonfirmasi penyebab kematian Polly. Hal lain yang membuat Trow curiga dengan Mann juga karena ia menelanjangi mayat Polly dengan asistennya walaupun inspektur polisi Spratling telah melarangnya untuk menyentuh mayat itu. Menurut Trow, hal ini dilakukan oleh Mann mungkin untuk mengagumi hasil karya pembunuhannya sendiri. Profesor Laurence Alison, seorang ahli psikologi forensik Universitas Liverpool juga setuju dengan Trow. Dalam film dokumenter itu, ia berkata :”Apabila dilihat dari segi profiling psikologi, Robert Mann adalah tersangka yang paling mungkin”. Teori Trow adalah teori terbaru diantara barisan teori-teori lainnya mengenai identitas Jack The Ripper. Sejak peristiwa pembunuhan tersebut hingga sekarang, paling sedikit ada 100 tersangka yang telah diajukan, termasuk anggota keluarga kerajaan Inggris, seorang dokter dan bahkan seniman Walter Sickert. Pembunuhan yang tidak terpecahkan atas lima PSK di london timur pada tahun 1888 telah menimbulkan banyak teori atas identitas Jack The Ripper – dengan kandidat seperti seniman Walter sickert, pengarang buku Alice in Wonderland, Lewis Carroll dan bahkan cucu ratu Victoria, Duke of Clarence. Tidak dapat dipungkiri bahwa kasus ini adalah sebuah tamparan keras bagi Scotland Yard yang tidak dapat membongkar kasus ini hingga lebih dari 100 tahun. Namun sekarang, sejarawan Dr.Andrew Cook mengklaim telah membongkar seluruh teori tersebut dengan menolak pendapat bahwa pembunuhan atas kelima PSK tersebut dilakukan oleh seorang pembunuh saja. Dalam bukunya yang berjudul “Jack The Ripper – Case Closed”, Dr Cook menyatakan bahwa nama Jack The Ripper pertama kali muncul dalam sebuah surat pemberitahuan pembunuhan yang diungkapkan oleh sebuah harian lokal dimana surat itu ditandatangani oleh oknum yang menyebut dirinya Jack The Ripper. Dr.Cook berpendapat bahwa surat itu adalah sebuah kreasi dari seorang jurnalis yang putus asa untuk menjual korannya. Dr.Cook juga menyatakan bahwa kelima PSK tersebut, Mary Nichols, Catherine Eddowes, Mary Kelly, Elizabeth Stride dan Annie Chapman dibunuh oleh orang-orang yang berbeda, termasuk enam orang korban pembunuhan lainnya yang sering dihubungkan dengan Jack The Ripper. Dr.Cook mengaku mendapatkan bukti dari polisi dan dokter yang pada waktu itu mengekspresikan keraguan terhadap teori satu pembunuh berantai. Seorang pejabat polisi Whitechapel pada saat pembunuhan itu terjadi menyatakan bahwa ia tidak percaya Mary Kelly dibunuh oleh Jack The Ripper. Asisten polisi yang mengotopsi kelima mayat tersebut, Percy Clark mengatakan kepada harian East London Observer pada tahun 1910,”Saya rasa mungkin satu pembunuh memang bertanggungjawab atas kematian 3 orang dari antaranya. Namun dua lainnya tidak.” Pernyataan ini muncul karena sang pembunuh mengeluarkan organ tubuh bagian dalam dari 3 korban. Sedangkan dua lainnya tidak. Namun komentar seperti ini hanya menjadi sebuah tetesan air di samudera luas karena imajinasi pembunuh maniak telah merasuk kedalam pikiran penduduk Inggris saat itu. Dr.Cook menunjukkan bahwa satu harian surat kabar yang bertanggung jawab atas teori jack the Ripper adalah koran The Star yang baru diluncurkan pada saat itu. Setelah memuat surat pembunuhan yang mencantumkan nama Jack The Ripper, harian The Star segera menjadi harian terlaris saat itu. The Star mengungkapkan adanya surat dari seorang yang bernama “Jack The Ripper” di tengah-tengah penurunan oplah yang luar biasa. Seorang ahli tulisan tangan bernama Elaine Quigley yang dimintai oleh Dr.Cook untuk meneliti surat itu menyatakan bahwa tulisan tangan dalam surat itu persis sama dengan tulisan tangan salah satu wartawan The Star bernama Frederick Best. sumber terpercaya : http://goehhary.wordpress.com/2010/06/20/jack-the-ripper/

Rabu, 15 Juni 2011

Kematian Presiden Amerika John F. Kennedy

Kematian John Fitzgerald Kennedy mungkin hingga saat ini lebih terkenal dengan kisah pembunuhan yang sangat memilukan di hadapan masyarakat Amerika Serikat sendiri pada tanggal 22 November 1963. Meskipun Abraham Lincoln telah lebih dulu mencoreng kredibilitas dari pengamanan kepresidenan di Amerika Serikat, namun kematian Kennedy-lah yang terlihat begitu aneh dengan munculnya berbagai teori konspirasi tingkat tinggi seputar pembunuhannya, bahkan salah satunya dengan berani mengatakan bahwa justru Amerika sendiri yang terlibat di dalam kematian sang presiden.

Memang artikel ini akan terlihat sebagi suatu pengungkapan fakta lain dalam sejarah, mengingat selama ini sejarah hanya mencatat bahwa Kennedy tewas tertembak, dan pembunuhnya berhasil diadili. Namun dibalik semua itu ada sesuatu yang seolah ingin disembunyikan dari sejarah itu sendiri. Hal-hal seperti inilah yang membuat kredibilitas dari para sumber-sumber sejarah berita harus dipertanyakan lagi.
Dari berbagai teori konsiprasi yang muncul, sebagian besar mengarahkan pandangannya kepada CIA, KGB, mafia Amerika, direktur FBI J. Edgar Hoover, Richard Nixon yang pada saat itu sebagai mantan wakil presiden, Lyndon Johnson yang pada saat itu sebagai wakil presiden, Fidel Castro, kelompok anti Fidel Castro, dan masih banyak lagi teori-teori konspirasi seputar pembunuhan John F. Kennedy mengenai siapa sebenarnya otak dibalik pembunuhan dari presiden paman Sam yang terpilih pada tahun 1960 itu.

Kronologis Kejadian

Secara garis besar sejarah, kejadiannya memang terlihat seperti tidak ada keanehan sama sekali, tapi jika kita lebih teliti tentang sejarah itu sendiri, maka banyak keganjilan yang akan terdapat di dalam sejarah itu sendiri.
Pada musim gugur tahun 1963, sebenarnya terjadi suatu perdebatan di Gedung Putih mengenai rencana presiden ke Amerika. Dalam 6 bulan terakhir ancaman terhadap keselamatan presiden meningkat drastis, semuanya berasal dari para mafia, musuh-musuh CIA, kelompok anti Fidel Castro, kelompok fanatik dari partai Republik maupun gerakan fasisme daerah selatan.
Pada saat itu memang Texas dan Dallas adalah benteng yang paling tepat untuk dimintai dukungan jika ingin mengalahkan partai republik pada pemilu 1964 nanti. Sayangnya, karena ulah dari Kennedy yang mendepak Lyndon Johnson (padahal tim suksesnya sendiri) menimbulkan kekecewaan dari masyarakat Texas dan Dallas, sehingga mereka mulai mengalihkan pandangannya kepada partai Republik.
Pandangan seperti ini rupanya yang tidak ingin dihadapi oleh Kennedy. Ia kemudian memilih untuk meredam kritik masyarakat dengan merencanakan perjalanan dua hari ke Texas untuk mengunjugi San Antonio. Perjalanan ini tentu sangat beresiko perwakilan Kennedy untuk PBB baru saja dikasari massa di Texas sendiri, namun inilah cara sang presiden untuk tetap mengamankan benteng demi pemilu 1964 nanti yang tinggal beberapa bulan lagi.

Presiden John F. Kennedy akhirnya terbunuh dengan tembakan di leher di Dallas ketika ia sedang dalam iring-iringan kepresidenan dengan mobil yang terbuka pada tanggal 22 November 1963. Saat itu, Gubernur Texas, John Connally juga terluka. Hanya dalam waktu dua jam kemudian, Lee Harvey Oswald ditangkap karena kasus pembunuhan seorang polisi Dallas, dan malam itu juga ia didakwa atas tuduhan pembunuhan dalam kematian seorang perwira polisi, J.D Tippit. Pada keesokan harinya di pagi hari, Oswald tiba-tiba sudah didakwa dengan tuduhan membunuh Presiden. Pada 24 November 1963 kemudian, ketika sedang dalam perjalanan untuk memindahkan Oswald dari Kepolisian Dallas ke penjara county, Oswald ditembak oleh Jack Ruby, seorang pemilik club malam dan tewas seketika.

Pada tahun 1964 kemudian, Warren Commission menyimpulkan bahwa tidak ada bukti yang meyakinkan bahwa Oswald terlibat dalam suatu konspirasi tingkat tinggi untuk membunuh Presiden, dan sejak saat itu, kantor-kantor berita resmi mengumumkan bahwa sang pembunuh itu hanya bertindak sendirian. Meskipun bayang-bayang keanehan dalam penyelidikan pembunuhan tersebut pada awalnya mulai tenggelam perlahan-lahan lewat pernyataan resmi dari Warren Commission, namun pada tahun 1966, masyarakat Amerika dikejutkan dengan sebuah buku dari Mark Lane yang berjudul Rush to Judgement yang secara terbuka membantah pernyataan dari Warren Commission.

Pada tahun 1979 kemudian, the House Select Committee on Assassinations (HSCA) menyatakan sepakan dengan pernyataan resmi dari Warren Commission yang mengatakan bahwa Oswald sang pembunuh telah bertindak sendirian dalam membunuh John F. Kennedy dan tidak terlibat sama sekali dengan satu konspirasi tingkat tinggi. Yang aneh dari pernyataan resmi HSCPA ini adalah, mereka juga menyatakan bahwa, “Warren Commission telah gagal untuk menyelidiki kemungkinan konspirasi tingkat tinggi dibalik pembunuhan presiden”.

Jajak pendapat sendiri sejak 1966 telah secara konsisten mencerminkan kepercayaan publik bahwa Kennedy dibunuh sebagai hasil dari konspirasi. Ini juga tercermin dari hasil jajak pendapat dari ABC poll yang memiliki hasil bahwa, “7 dari 10 masyarakat Amerika menganggap bahwa pembunuhan John F. Kennedy adalah hasil dari suatu konspirasi tingkat tinggi dan bukan pembunuhan tunggal seperti yang selama ini disampaikan pihak berita resmi.” Masyarakat Amerika juga sepakat bahwa benar ada penembak kedua dalam pembunuhan Kennedy tersebut.

Lebih Dari Satu Penembak
Dalam penyelidikannya, Komisi Warren menemukan satu buah butir peluru yang tidak masuk akal untuk dijelaskan. Menurut penyelidikan dari FBI, senjata yang digunakan Oswald seharusnya hanya bisa menembak tiga kali dalam waktu lima sampai delapan detik. Menurut saksi mata yang sempat dimintai keterangan oleh Komisi Warren, mengatakan bahwa hanya tiga peluru yang ditembakkan ke arah mobil yang ditumpangi Kenneddy saat itu. Satu dari tiga peluru itu, tidak mengenai mobil sama sekali atau dengan kata lain meleset total, yang satu lainnya mengenai sang presiden dan berakibat fatal, kemudian yang ketiga berhasil melukai Gubernur John Connally. Serpihan peluru yang diambil dari bekas luka Connally kemudian akhirnya dinamakan “peluru ajaib” karena memiliki keanehan dengan peluru lainnya.

Kesaksian Para Saksi
Tiga puluh lima saksi yang berada saat penembakan itu menganggap bahwa tembakan itu ditembakkan dari arah depan Presiden (dari daerah bukit kecil berumput), sementara 56 saksi mata mengira tembakan berasal dari sebuah depository di belakang Presiden, dan 5 saksi berpikir bahwa tembakan berasal dari dua arah.
Nellie Connally (istri dari Gubernur John Connally) yang juga duduk di mobil presiden di samping suaminya, lewat bukunya From Love Field: Our Final Jam, bersikeras bahwa suaminya dihantam oleh sebuah peluru yang berbeda dari yang mengenai Kennedy.
Roy Kellerman dari US Secret Service Agent, bersaksi bahwa, “Saat itu, dalam detik penembakan yang terjadi, tumpukan peluru masuk ke dalam mobil.” Kellerman mengatakan bahwa ia kemudian tiba-tiba melihat sebuah lubang dengan diameter sekitar 5cm di bagian belakang sisi kanan dari kepala Presiden. Ini mengkonfirmasi tembakan kedua yang mungkin dilakukan oleh seseorang.

Lee Bowers yang saat itu mengoperasikan menara pengawas kereta api mengatakan bahwa dia melihat dua orang pria berdiri di belakang pagar di sebelah timur laut pada bagian bukit berumput (yang dikatakan para saksi yang sepakat bahwa ada penembak kedua) sebelum penembakan terjadi. Namun, ketika iring-iringan lewat, kedua pria tersebut pindah ke depan pagar dan penembakan pun terjadi.

pagar yang dimaksud Lee Bowers
Clint Hill, Agen Secret Service yang melindungi Presiden dalam perjalanan ke rumah sakit, menjelaskan bahwa, “Bagian belakang kepalanya hilang.” Kemudian, untuk sebuah film dokumenter dari National Geographic, saat diwawancarai oleh salah seorang kru ia menggambarkan cacat besar di tengkorak Kennedy sebagai “lubang menganga di atas telinga kanan, kira-kira sebesar telapak tanganku.” Ini seperti mengkonfirmasi bahwa bukan tembakan dari depan presiden yang berakibat fatal terhadap preseiden sendiri. Tidak ada dalam teori jika ditembak dari depan, maka yang terkena dampak paling parah adalah bagian belakang.
Beberapa teori konspirasi mengandaikan bahwa setidaknya satu penembak terletak di Bangunan Dal-Tex berdasarkan keterangan para saksi juga setelah mengamati lintasan peluru yang menghantam tepi jalan di ujung selatan Plaza yang melukai Dealey James Tague. Dari catatan resmi juga mengatakan bahwa ada bukti ilmiah yang diajukan ke HSCA pada tahun 1978 yang menunjukkan bagian yang bangunan Dal-Tex juga mempunyai kemungkinan sebagai sumber tembakan.
Saksi-Saksi Yang Tiba-Tiba Meninggal
Hingga tahun 1970, penyelidikan telah banyak mengalami kendala akibat dari banyaknya para saksi yang tiba-tiba meninggal secara misterius. Berikut adalah kisah-kisah aneh daripada para saksi yang tiba-tiba meninggal tanpa alasan yang jelas:
Gary Underhill, seorang agen CIA yang tiba-tiba ditemukan tewas dengan tembakan di kepala. Sebelumnya Underhill sempat mengaku bahwa CIA telah terlibat dalam pembunuhan Kennedy. Kasusnya kemudian dianggap sebagai bunuh diri.
Guy Banister, seorang mantan agen FBI tiba-tiba tewas dan dikatakan oleh pihak berita resmi bahwa Banister telah meninggal karena serangan jantung. Anehnya, dokumen yang berisi informasi mengenai gerakan anti-Fidel Castro telah menghilang dari kantornya.
Mary Meyer, seorang pembantu pribadi dari Kennedy selama di gedung putih dibunuh pada Oktober 1964 di sebuah taman di Wahington. Buku hariannya kemudian menghilang tanpa jejak.
Rose Cheramie, seorang pelacur di sebuah club malam milik Jack Ruby (yang membunuh Oswald) meninggal dalam suatu kecelakaan tabrak-lari. Dua hari sebelum kematiannya, ia bercerita kepada polisi bahwa ia mendengar dua orang pria latin telah berencana untuk membunuh presiden.

Selasa, 14 Juni 2011

Kasus Pembajakan Pesawat yang Tidak Terpecahkan

Pada tanggal 24 November 1971, seorang pria kurus berambut gelap membayar $20 di bandara Portland, Oregon, untuk membeli tiket satu arah ke Washington. Dengan jas berwarna gelap, dasi yang dijepit, kaca mata hitam dan penampilan yang sopan, tidak ada yang menyangka bahwa pria ini akan melakukan satu kejahatan yang paling misterius dalam sejarah FBI.


Pria itu bernama Dan Cooper. Ia berjalan dengan santai memasuki pesawat Boeing 727 miliki maskapai Northwest Airlines dan duduk di kursi 18C. Beberapa menit setelah pesawat take off, Cooper memanggil pramugari bernama Florence Schaffner yang sedang duduk di dekatnya dan menyerahkan sebuah catatan kecil yang terlipat.

Ms Schaffner mengira Cooper hanya pria iseng lainnya yang berusaha memberikan nomor teleponnya. Jadi ia menerima catatan tersebut dan langsung menyimpannya ke saku tanpa melihat isinya.


"Nona, sebaiknya engkau membaca isi catatan itu. Aku membawa bom." Bisik Cooper kepada Ms Schaffner.

Ms Schaffner tidak mempercayai Cooper begitu saja. Tapi ia segera membuka catatan itu dan membaca tulisan yang tertera disitu. "Aku membawa bom di dalam koperku. Aku akan menggunakannya jika dibutuhkan. Pesawat ini telah dibajak."

Dalam catatan Cooper juga tertulis kalau ia menginginkan uang sebanyak $200.000 dalam pecahan $20 dan dua parasut utama beserta dua parasut cadangannya dikirim ke pesawat ketika mendarat di bandara Seattle-Tacoma, Washington.




Pilot William Scott yang menerima catatan itu dari Ms Schaffner kemudian segera menghubungi pusat pengendali udara di Seattle yang kemudian segera meneruskan pesan itu ke polisi dan FBI. FBI lalu meminta para kru pesawat menuruti keinginan sang pembajak hingga apa yang diinginkan tersedia.


Sementara itu Cooper duduk dengan tenang di dalam pesawat sambil menikmati Bourbon dan Soda.

Pada pukul 17:24, kru pesawat diberitahu bahwa permintaan Cooper telah dipenuhi. Ketika pesawat mendarat di bandara Seattle-Tacoma, Cooper segera memerintahkan pilot Scott untuk memarkir pesawat di tempat sepi di bandara dan mematikan semua lampu.

Seorang kru pesawat kemudian diperintahkan untuk mengambil uang beserta parasut dari tangan FBI. Setelah uang dan parasut sampai ke tangan Cooper, seluruh 36 penumpang dan pramugari Schaffner dilepaskan. Hanya empat orang kru pesawat yang sekarang ada bersamanya.

Hingga saat itu, para petugas FBI masih tidak mengerti mengapa Cooper meminta parasut.

Pada pukul 19:40, ketika pesawat telah diiisi kembali dengan bahan bakar, Cooper memerintahkan pilot untuk menerbangkan pesawat menuju bandara Reno. Disana pesawat kembali diisi dengan bahan bakar.




Lalu Cooper memerintahkan pilot untuk menerbangkan pesawat ke Mexico dengan kecepatan 170 knots dengan ketinggian dibawah 10.000 kaki. Pada saat itu juga otoritas terkait telah memerintahkan dua pesawat tempur mengikuti pesawat yang dibajak.

Dan di atas pesawat dalam perjalanan menuju Mexico inilah legenda Cooper dimulai.

Tidak lama setelah take off, Cooper menyuruh semua kru untuk masuk ke kokpit pesawat sedangkan ia mengikat parasut ke tubuhnya dan berjalan menuju buritan pesawat.

Di dalam kokpit, para kru melihat lampu indikator menyala dan tekanan udara berubah dengan drastis. Tepat pada pukul 20:13, mereka merasakan pintu di buritan pesawat bersuara dengan keras. Seseorang sepertinya telah membukanya !

Pilot Scott lalu berteriak lewat mikrofon,"Apakah engkau membutuhkan sesuatu ?"

"Tidak !" Kata Cooper.

Itu adalah kata terakhirnya yang didengar oleh para kru.

Cuaca di luar pesawat saat itu hujan lebat.

Dua jam setelah peristiwa itu, pesawat itu mendarat kembali di bandara Reno dengan kondisi pintu buritan terbuka.

Para agen FBI dan polisi lokal segera mengepung dan menyerbu masuk serta memeriksa semua sudut pesawat. Mereka menemukan sisa dua parasut, puntung rokok, sepotong dasi hitam dengan penjepitnya. Mereka tidak menemukan Cooper, koper berisi uang dan dua parasut lainnya.

Para agen FBI berkesimpulan bahwa Cooper telah terjun dari pesawat. Namun para pilot pesawat tempur yang mengikuti pesawat itu mengaku tidak melihat adanya seseorang yang terjun dari pintu buritan. Tapi mereka juga mengakui bahwa cuaca yang gelap dan hujan lebat mungkin telah membuat pandangan mereka menjadi terbatas.

Pencarian terhadap Cooper terus dilakukan pada tahun 1971 hingga tahun 1972. Namun usaha itu sia-sia. Cooper menghilang seperti ditelan bumi.

Lalu FBI mulai memfokuskan perhatiannya pada uang tebusan. Pecahan $20 yang diberikan kepada Cooper adalah uang yang dicetak pada tahun 1969 dengan nomor seri berawalan "L". FBI mengirim peringatan mengenai ini kepada seluruh institusi keuangan di Amerika. Namun usaha ini juga sia-sia. Ini mengindikasikan uang itu mungkin belum masuk ke pasaran.

Pada tahun 1978, tujuh tahun setelah Cooper menghilang, seorang pemburu menemukan sebuah plakat yang berisi instruksi bagaimana menurunkan pintu buritan pesawat Boeing 727 di lokasi yang berjarak hanya beberapa menit penerbangan dari lokasi pendaratan Cooper.

Lalu, pada tahun 1980, Jejak yang mulai mendingin kembali menghangat setelah seorang anak laki-laki bernama Brian Ingram menemukan uang sejumlah $5.880 dalam bentuk pecahan $20 yang telah hancur di sungai Columbia. FBI menemukan nomor seri uang tersebut sama dengan yang telah diserahkan ke Cooper.

Apakah ini berarti Cooper tenggelam di sungai Columbia ? ataukah seikat uang itu hanya terlepas dari ransel Cooper ?

Pertanyaan-pertanyaan ini sepertinya tidak pernah mendapat jawaban yang pasti.

Menurut hasil profiling FBI, Cooper mungkin adalah seseorang yang mengenal wilayah Seattle dengan baik, pernah berdinas di angkatan udara dan memiliki pengalaman dalam hal terjun payung.

Pada tanggal 31 Desember 2007, 36 tahun setelah pembajakan yang terkenal itu, FBI kembali merilis sketsa wajah Cooper, kali ini disertai dengan gambaran apabila ia bertambah tua. Dalam press release, FBI juga mengatakan bahwa mereka percaya Cooper tidak berhasil selamat dalam penerjunan itu, tapi mereka tetap ingin mengetahui identitasnya.

Fakta bahwa FBI merilis kembali sketsa wajah Cooper setelah 36 tahun menunjukkan bahwa mereka tidak mau menyerah untuk membongkar kasus ini.



Keterangan resmi dari FBI baru-baru ini menemukan bahwa nama Dan Cooper ternyata berasal dari sebuah karakter komik terbitan Perancis tahun 1960. Jadi nama Cooper mungkin memang bukan nama asli.

Dalam perjalanan penyelidikan kasus ini, FBI menyusun daftar tersangka yang mencapai hingga 1.000 orang. Dari 1.000 tersangka tersebut, ada tiga orang yang mungkin paling menarik perhatian. Yaitu Richard McCoy Jr, Duane L Weber dan Kenneth P Christiansen.

Tidak berapa lama setelah kasus Cooper, pada tanggal 7 April 1972, seorang pria bernama Richard McCoy Jr naik ke pesawat milik maskapai United Airlines di Denver dan menyerahkan catatan kepada pramugari yang berisi permintaan uang sejumlah $500.000 beserta empat parasut. Luar biasanya, Ia berhasil lolos dengan cara yang sama seperti Cooper, terjun dari pintu buritan pesawat.

McCoy berhasil ditangkap dua hari kemudian setelah seorang temannya melaporkannya dan ia dihukum penjara selama 45 tahun. Pada Agustus 1974, McCoy ditembak mati setelah mencoba melarikan diri dari penjara.


Setelah peristiwa McCoy, mantan agen FBI bernama Russel Calame menerbitkan sebuah buku yang menyatakan bahwa DB Cooper dan McCoy adalah pria yang sama. Dalam buku itu disebutkan bahwa metode yang digunakan oleh McCoy sama persis dengan Cooper.

Namun teori ini dibantah karena bisa saja McCoy hanya meniru apa yang dilakukan oleh Cooper. Lagipula wajahnya tidak sesuai dengan deskripsi para saksi.

Lalu pada tahun 2000, sebuah artikel di US News menyebutkan bahwa seorang janda bernama Jo Weber mengaku bahwa sesaat sebelum meninggal, suaminya Duane L Weber mengaku bahwa ia adalah Dan Cooper. Jo yang curiga lalu menyelidiki latar belakangnya dan menemukan kesamaan-kesamaan yang menakjubkan dengan Cooper. Selain itu Duane pernah mengakui kalau cedera lutut yang dimilikinya adalah akibat terjun dari pesawat.

Jo bercerita bahwa pada tahun 1979 ketika sedang berkunjung ke sungai Columbia, Duane berjalan di tepi sungai sendirian seperti sedang mengenang sesuatu. Lalu Jo juga menemukan tulisan tangan Cooper yang diberikan pada Ms Schaffer persis dengan tulisan tangan suaminya.

Ia lalu menceritakan hasil penemuannya kepada mantan kepala FBI bernama Himmelsbach yang menyelidiki kasus Cooper. Himmelsbach setuju kalau kedua orang itu memiliki banyak kesamaan. Namun penyelidikan terhadap Duane Weber dihentikan karena FBI menemukan bahwa DNA dan sidik jari Duane tidak sama dengan sidik jari yang ditemukan di pesawat.

Pada 29 Oktober 2007, New York Magazine merilis sebuah artikel yang menyebutkan bahwa seorang pria bernama Kenneth P Christiansen telah diidentifikasi sebagai DB Cooper oleh sebuah biro penyelidik swasta. Artikel ini juga menyebut bahwa Kenneth adalah mantan penerjun payung militer, mantan karyawan penerbangan, tinggal di Washington dekat dengan lokasi pembajakan dan kenal dengan karakteristik wilayah lokal dengan baik. Yang paling mencurigakan adalah ia membeli sebuah properti satu tahun setelah pembajakan. Ia juga suka minum bourbon dan merokok. Dan yang pasti, wajahnya sangat mirip dengan sketsa wajah Cooper. Namun FBI kemudian menolak teori ini karena tinggi badan, berat badan dan warna matanya tidak sesuai dengan deskripsi para saksi.

Ini perbandingan foto Kenneth Christiansen dengan DB Cooper. Lihat persamaan yang menakjubkan diantara kedua wajah ini, terutama hidung, rambut, dahi dan telinga.


Setelah McCoy, Weber dan Christiansen tidak lagi mendapat perhatian, Pada tahun 2008, seorang pengacara dari Washington bernama Galen Cook muncul dengan teori yang luar biasa. Menurutnya DB Cooper adalah seorang pria dari San Diego bernama William Pratt Gosset.

Cook percaya bahwa uang tebusan yang diambil Cooper tersimpan di safe deposit Box di Vancouver atas nama William Gosset yang meninggal tahun 2003. Pengacara itu juga menyebut bahwa sketsa yang dirilis oleh FBI sesuai dengan wajah William Gosset.

Menurut Cook, Gosset pernah mengatakan kepada tiga anaknya bahwa ia adalah DB Cooper sambil menunjukkan sebuah kunci safe deposit box. Gosset juga pernah mengaku kepada seorang pensiunan hakim di Salt Lake City bahwa ia adalah DB Cooper.

Hakim itu ingat saat ketika Gosset bercerita kepadanya :

"Pada tahun 1977, Gosset berjalan masuk ke kantorku dan menutup pintunya. Ia mengatakan bahwa ia mungkin sedang berada dalam kesulitan karena telah membajak sebuah pesawat dari Portland ke Seattle beberapa tahun yang lalu dan tanpa sengaja telah meninggalkan sidik jarinya di situ. Ia mengatakan bahwa ia adalah DB Cooper. Aku segera mengatakan kepadanya untuk menutup mulut dan jangan melakukan sesuatu yang bodoh dan tidak lagi menyinggung masalah itu."

Hingga saat ini, belum ada keterangan resmi dari FBI mengenai William Gosset.

Sampai sekarang, memang Cooper masih belum ditemukan. Entahkah masih hidup atau sudah meninggal. Tapi peristiwa Cooper paling tidak telah merevolusi industri penerbangan di Amerika. Alat pendeteksi logam ditambahkan di banyak bandara. Beberapa peraturan baru ditambahkan. Bahkan satu tahun setelah peristiwa Cooper, semua pesawat Boeing 727 diwajibkan memasang alat yang disebut "Cooper Vane" yang bisa mencegah pintu buritan dibuka selama penerbangan.

Dalam statusnya sebagai pelaku kejahatan yang misterius, boleh dibilang DB Cooper telah mencapai status sama seperti yang dimiliki oleh Jack The Ripper. Namun yang luar biasanya adalah, tidak ada yang pernah melihat wajah Jack the Ripper sehingga sangat wajar jika ia tidak pernah tertangkap. Soal Cooper, sekitar 40 orang menyaksikan wajahnya di dalam pesawat, namun tetap saja FBI gagal menangkapnya. Inilah yang membuat ia menjadi legenda yang luar biasa.

Kasus Cooper yang juga diberi kode "Norjak" sampai sekarang adalah satu-satunya kejahatan pembajakan pesawat yang tidak berhasil dipecahkan oleh FBI.

source: http://xfile-enigma.blogspot.com/2009/11/db-cooper-yang-misterius-kasus.html

DNA Membongkar Kasus Pembunuhan yang belum Terpecahkan Selama 15 Tahun Lalu

Jumlah contoh yang tersimpan di gudang data DNA Inggris telah memecahkan rekor 2 juta, mewakili 1/30 populasi Inggris. Data-data tersebut telah menjadi sarana polisi yang kuat dalam menindak kasus kejahatan, bahkan kasus pembunuhan yang belum terpecahkan di masa lalu pun dapat dibongkar.

Baru-baru ini kepolisian Inggris kembali mengadakan penyelidikan terhadap sebuah kasus pembunuhan 15 tahun lalu. Pada hari Valentine tahun 1988 waktu itu, seorang gadis 20 tahun yang bernama Heather dibunuh dengan 50 lebih tusukan pisau, dan mati mengenaskan di dalam kamar apartemennya sendiri. Polisi menemukan setetes darah yang golongan darahnya berbeda dengan korban di atas selembar kertas kaca bungkusan rokok di lokasi, namun tidak diketahui siapa orangnya, hanya bisa memasukkannya ke dalam arsip untuk disimpan jika dibutuhkan kelak.

Setelah gudang DNA semakin penuh, dan demi untuk menemukan lebih banyak contoh darah, mengadakan perbandingan DNA yang mungkin berasal dari tersangka, polisi kembali ke lokasi pembunuhan, mengangkat semua papan dinding di ke-4 sudutnya. Dan hasilnya membuat mereka terkejut girang, benar-benar menemukan lebih banyak bekas darah, dari sana memperoleh DNA yang sempurna, untuk di-input ke komputer, dan dilakukan perbandingan DNA di gudang data.

Meskipun, hasil perbandingan tidak ditemukan sama sekali contoh yang cocok, namun yang membuat pihak polisi merasa heran adalah, ada DNA yang ditinggalkan oleh seorang lelaki yang dikarenakan melakukan kejahatan dalam kasus pencurian, sangat mirip dengan DNA yang diambil di lokasi pembunuhan. Namun, polisi tahu persis bahwa lelaki ini tidak mungkin tersangka, sebab ketika pembunuhan terjadi, ia masih belum lahir. Lalu, polisi mulai mengadakan kunjungan satu demi satu terhadap saudara keluarga lelaki tersebut.

Saat polisi mewawancarai paman si lelaki yang bernama Geovour itu, ia terus terang mengakui bahwa dia sendiri adalah tersangkanya. Ia memberi pengakuan, bahwa waktu itu ia mengadakan transaksi hubungan seks dengan Heather dan telah disepakati dengan harga 30 poundsterling, namun saat setelah ia membayar, ia mengubah keputusannya, dan ingin mengambil kembali uangnya, namun ditolak. Di bawah kemarahan yang meluap-luap, lalu ia dibunuh dengan 50 lebih tusukan pisau.

Polisi mengirim DNA Geovour ke laboratorium untuk dianalisa, dan menemukan DNA sangat cocok dengan DNA di lokasi pembunuhan tersebut, keseluruhan kasus akhirnya terpecahkan, ia kemudian dijatuhi hukuman penjara seumur hidup oleh pengadilan.

Ketika sistem penyelidikan polisi Wales, Inggris, paling awal menyelidiki kasus ini, hampir terjadi salah tuduh. November 1990, teman lelaki si korban dan 2 orang sahabatnya, melalui proses interogasi yang panjang, diyakini sebagai tersangka dan dijatuhi hukuman seumur hidup. Dua tahun kemudian, pengadilan naik banding menganggap, bahwa cara mendapat pengakuan terdakwa tidak layak dan mengubah vonis mereka bertiga menjadi tidak bersalah.

Ketika Geovour akan divonis, mereka bertiga khusus datang ke pengadilan untuk mendengar, dan menyampaikan contoh kasus mereka yang hampir salah tuduh, ini menerangkan bahwa Inggris tidak semestinya mempertimbangkan kembali merehabilitasi hukuman mati.

Menurut statistik Departemen Dalam Negeri Inggris, bahwa polisi membongkar kasus pembunuhan yang terpecahkan dengan menggunakan gudang data DNA rata-rata setiap bulan adalah 15 kasus, kasus kekerasan yang terpecahkan setiap bulan sebanyak 31 kasus. Tahun lalu, kasus kejahatan yang terbongkar polisi Inggris dengan menggunakan bukti DNA mencapai 21 ribu kasus, telah meningkat 132% dibanding tahun 2000. (erabaru.net)*