Minggu, 19 Juni 2011

Kronologis Kematian Putri Diana

AWAL AGUSTUS 1997

Putri Diana yang bercerai dari Pangeran Charles pada 28 Agustus tahun lalu, untuk pertama kalinya diberitakan memiliki kekasih baru yang cukup serius: produser dan miliuner Dodi Al Fayed. Tabloid-tabloid Inggris muncul dengan foto-foto Diana berangkulan dengan Dodi. Surat kabar London Daily Mail malah menunjukkan pasangan itu berpakaian renang, berciuman, dan bermesraan. Dan, tampaknya mereka tak acuh pada kehadiran pelancong lain yang berlibur di tempat yang sama, konon, di pantai Mediterania.

Pertemuan Diana dengan Dodi merupakan hari-hari penuh cinta dan madu, untuk menggambarkan asyik masyuknya pasangan itu. Keduanya bepergian dari satu tempat ke tempat lain. Diana berlibur untuk ketiga kalinya bersama Dodi, ahli waris toko serbaada yang mewah, Harrod, pada 22 Agustus di Laut Tengah.


SABTU, 30 AGUSTUS 1997

Sore hari Putri Diana dan Dodi tiba di Paris setelah berlibur selama seminggu di Saint Tropez, Prancis Selatan. Pasangan yang sedang dimabuk asmara itu pada malam harinya bersantap malam di Hotel Ritz, milik ayah Dodi, di Place Vendome, Paris. Sementara itu, wartawan foto yang jumlahnya sekitar 30 orang menunggu di luar hotel, untuk mengambil foto pasangan itu ketika meninggalkan hotel.

Sangat bisa jadi berniat menghindari paparazzi, para juru foto bebas tersebut, Diana dan Dodi meninggalkan hotel lewat pintu belakang di Rue Cambon, yang tidak biasa dijadikan jalan masuk maupun keluar oleh para tamu hotel. Untuk mengelabui para pemburu bersenjatakan kamera itu, Diana dan Dodi kabur tidak menggunakan mobil pribadi. Tapi, menggunakan limusin Mercedes Benz S-280 warna hitam milik hotel. Mobil 12 silinder yang mampu melaju 250 kilometer perjam itu dikemudikan oleh seorang sopir dari keamanan hotel. Henri Paul adalah orang kedua di jajaran keamanan hotel itu. Ia memang bukan sopir yang biasa membawa Dodi. Tapi, mungkin ini disengaja Dodi, agar ia bisa lolos dari incaran para juru foto. Toh, Paul pun sudah mendapat latihan khusus dari pihak Mercedes Benz.

Diana dan Dodi duduk di kursi belakang tanpa mengenakan sabuk pengaman (ini disimpulkan setelah kecelakaan terjadi). Dan, di kursi depan, duduk Trevor Rees-Jones, veteran Perang Teluk dan bekas pasukan payung, pengawal pribadi Dodi.

Begitu keluar hotel, mobil melaju ke arah barat di jalan bebas hambatan sepanjang Sungai Seine. Dodi diketahui memiliki tempat kediaman di lingkungan perumahan elite Arrodissement, bagian barat Kota Paris.

Namun, rupanya para juru foto tak mau kalah. Menurut saksi mata, mobil yang membawa pasangan selebritas itu diuber oleh sekitar tujuh wartawan foto yang mengendarai sepeda motor atau mobil. Mungkin mengetahui kejaran para juru foto, Paul tancap gas. Mobil masuk terowongan bawah tanah dengan kecepatan tinggi, sekitar 160 kilometer per jam. Padahal, di jalur yang agak membelok itu pengemudi hanya diizinkan berkecepatan maksimum 50 kilometer per jam.


MINGGU, 31 AGUSTUS 1997


Rupanya Paul, sang sopir, tak melepaskan injakan gasnya. Makin lama Mercedes itu seolah terbang, dengan kecepatan hampir 200 kilometer per jam.

* Sekitar Pukul 00.35 Waktu Paris (Pukul 05.35 WIB)
Pada jam ini Mercedes yang membawa Diana dan Dodi masuk terowongan Place de I'Alma, sekitar dua kilometer dari Menara Eiffel. Kendaraan mewah itu langsung menabrak pilar yang memisahkan sisi barat dan timur jalur. Mobil, menurut analisis kemudian, langsung bagian depannya melesak kedalam, kemudian mobil itu memutar 180 derajat, terguncang, dan teronggok.

Menurut keterangan Menteri Dalam Negeri Prancis, Jean-Pierre Chevenement, "Tampaknya pengemudi kehilangan kontrol ketika mengemudi dengan kecepatan tinggi."

Begitu hebatnya tabrakan itu, sehingga radiator mesin melesak sampai ke tempat tumit penumpang bagian depan, dan bempernya melipat nyaris sampai ke kaca bagian depan. Dodi dan Paul diyakini tewas seketika di tempat kejadian. Akan halnya Rees-Jones terluka di kepala dan paru-paru, namun jiwanya tidak terancam.

* Antara Pukul 00.30 dan 01.50 Dinihari Waktu Paris
Seorang dokter yang pertama kali datang mengatakan tentang Putri Diana: "Ia tak sadar ... bergumam dan menunjuk ke segala arah." Di situ, kata dokter itu, sejumlah juru foto memotreti mobil dan penumpangnya.

Tak lama kemudian polisi dan petugas pemadam kebakaran datang, bekerja keras mengeluarkan Diana dari dalam mobil ringsek itu. Putri Diana segera dilarikan ke rumah sakit.

* Pukul O2.00 Malam Waktu Paris
Tubuh Diana yang berlumuran darah tiba di Rumah Sakit de La Pitie-Salpetriere. Dilaporkan, ia menderita patah lengan, luka parah di bagian dada, dan mengalami pendarahan hebat, yang dengan cepat diikuti berhentinya denyut jantung.

Dokter bedah secara darurat mengoperasi dadanya yang terluka parah, dan menemukan luka utama pada pembuluh vena pulmonari sebelah kiri. Mereka menutup luka di jantungnya dan berjuang keras memberikan pertolongan pertama dengan resusitasi. Yaitu, upaya pemulihan denyut jantung dan pernapasan dengan pemijatan jantung dan pernapasan buatan.

* Beberapa Menit Melewati Pukul 02.00 Waktu Paris
Para dokter di bagian gawat darurat rumah sakit itu mulai melakukan pijatan pada jantung, agar jantung Diana berdenyut. Pertama-tama pijatan dari bagian luar dengan kejutan listrik dan kemudian dari bagian dalam, dengan pijatan tangan langsung, sebagai upaya terakhir untuk menyelamatkannya. Mereka meneruskan upaya itu selama dua jam.

Namun, peredaran darah tetap tidak stabil dan usaha itu gagal menyelamatkan nyawa Diana.

* Pukul 04.00 Pagi Waktu Setempat (Pukul 09.00 WIB)

Para dokter di rumah sakit itu mengumumkan, Diana telah meninggal dunia.

Penyelidikan polisi Prancis menunjukkan, Paul, sopir Mercedes itu, ternyata bukan sopir profesional meski sudah mendapat latihan dari pihak Mercedes Benz. Yang paling celaka, ia rupanya terlalu banyak minum alkohol, sebelum mengemudikan mobil itu. "Analisis darah menunjukkan tingkat alkohol yang ilegal," kata tim penyidik. Alkohol dalam darah Paul, sopir itu, mencapai 1,70, cukup membuatnya merasa limbung dan pandangan mulai kabur. Seorang saksi mengatakan, Paul telah menenggak satu setengah botol anggur. Bayangkan, dalam keadaan seperti itu, ia harus mengemudikan mobil dalam kecepatan hampir 200 kilometer per jam.

Dari sini bisa disimpulkan, selain paparazzi, faktor sopir tampaknya sangat berperan dalam insiden tersebut. Akan halnya Rees-Jones, pengawal Dodi satu-satunya korban yang hidup dan kini mendapat perawatan intensif dengan didampingi keluarganya, merupakan saksi kunci yang diharapkan bisa mengungkap kasus kecelakaan tersebut.

Pangeran Charles dan anggota keluarga Kerajaan Inggris lainnya segera diberitahu tentang meninggalnya Diana. Sebelum waktu fajar, Charles dengan hati-hati memberitahukan kabar buruk itu kepada dua putranya, Pangeran William, 15 tahun, dan Pangeran Harry, 13 tahun. Mereka bertiga saat itu sedang berlibur di tempat peristirahatan resmi di Kastel Balmoral, Skotlandia.

Jenazah Dodi Al-Fayed dikuburkan di Inggris, Ahad sore itu juga, setelah disemayamkan di sebuah masjid di London.

Diana sebenarnya dijadwalkan akan pulang ke Inggris hari Minggu nahas itu, untuk bertemu dan tinggal bersama dua putra kesayangannya di kediaman resminya di Istana Kensington, London. William dan Harry akan segera kembali bersekolah beberapa hari mendatang.

Nasib menentukan lain: ibu dua anak lelaki itu mendadak pergi dan tak akan pernah kembali lagi.

Ni gan penjelasan singkat nya,ane copas dari blog tmn ane...semoga bermanfaat

Publik ( di seluruh dunia ) mayoritas beranggapan kematian itu “ tidak wajar “, hampir semua sepakat bahwa pihak Kerajaan pasti memiliki andil dalam kecelakaan tsb. Para maniak konspirasi, bahkan menuduh bahwa MI5 ada dibalik kecelakaan tsb.

Rumor yang beredar di kalangan Kerajaan, bahwa Lady Di dibunuh karena, tentu saja hubungannya dengan Emad Mohamed ( Dodi ) Al-Fayed, milyader Inggris keturunan Mesir Arab. Mereka beranggapan, jika kelak Pangeran William atau adiknya menjadi raja, maka “ tidaklah pantas “ seorang raja Inggris memiliki ayah suri ( tiri ) seorang BEDOUIN !!!!!

Belum lagi hubungan kekerabatan Al-Fayed dengan pamannya ( ? ) yang konon adalah pedagang senjata di kawasan Timur Tengah. Hal ini sudah cukup bagi Kerajaan dan MI5 untuk membungkam Lady Di “ demi keselamatan Kerajaan dan publik Inggris “.

Namun begitu berbagai penyelidikan, baik yang dilakukan oleh pihak kepolisian Perancis maupun Inggris, tak mampu membuktikan tuduhan2 konspirasi. Pengadilan menyalahkan Henry Paul si sopir karena mengemudi dalam keadaan mabuk dan beberapa paparazi yang tidak menolong saat kejadian.

Lady Di akan selalu dikenal dunia karena sosoknya yang terkenal malu2 mau ( Shy Di ), santun dan filantropis. Dya berkeliling ke berbagai belahan dunia untuk berbagai kegiatan sosial, sebagai duta kemanusiaan PBB. Namun dya juga beberapa kali terlibat berbagai affair dengan beberapa pria di kalangan Kerajaan, entah apa Charlesnya yang loyo atau emang dya seorang advonturir dalam urusan seks.

Apakah fakta ttg kematian dya akan tetap terkubur bersama jasadnya, atau akan ada pengungkapan ttg skandal tsb, hanya sejarah yang akan mencatatnya.

Kasus kematian misterius Putri Diana mulai menemukan titik terang. Para saksi dalam kasus itu, Senin (29/10), mengaku mengenali seorang laki-laki yang mereka sebut mengendarai Fiat Uno putih. Para ahli teori konspirasi sudah lama menghubungkan mobil itu dengan kematian sang putri.

Pemeriksaan terhadap kematian Diana dan kekasihnya, Dodi Fayed, juga menemukan bahwa supir yang membawa mereka mempermainkan para juru foto dan bersikap seperti seorang pemabuk. Tidak lama kemudian, terjadinya kecelakaan di suatu terowongan di Paris dengan korban tewas supir tersebut maupun Diana dan Dodi.

Georges Dauzonne dan istrinya, Sabine, mengenali seorang mantan Satpam, Le Van Thanh, sebagai pengemudi Uno putih yang mereka sebut ada di terowongan Pont d`Alma setelah terjadinya kecelakaan akibat ngebut pada 30 Agustus 1997 itu.

Pasangan tersebut sedang dalam perjalanan pulang setelah makan malam. Georges Dauzonne mengatakan dia akan masuk jalur cepat di sebelah terowongan namun terpaksa memperlambat kendaraan akibat ada Fiat Uno yang dikemudikan secara sembarangan.

Sebelumnya, pemeriksaan telah menemukan bukti bahwa kendaraan Mercedes yang ditumpangi Diana dan Dodi bertabrakan dengan satu Fiat Uno putih, beberapa saat sebelum menghantam terowongan. Sisa cat Uno di Mercedes yang ringsek total itu mendukung temuan tersebut, meski kendaraan yang dimaksud tidak pernah diketemukan.

Georges maupun Sabine Dauzonne, yang ditanya secara terpisah, mengenali dua foto Le Van Thanh dan Fiat Uno-nya yang berwarna merah. Van Thanh adalah yang mereka tunjuk saat mereka disodori lima foto. Lima foto itu juga antara lain adalah foto James Andanson, yang oleh ayah Dodi, Mohamed Al-Fayed, dituduh sebagai supir Uno itu.

"Memang sangat susah, tapi orang yang ada di dua foto pertama itu telah mengingatkan saya," kata Sabine Dauzonne, merujuk Le Van Thanh, saat persidangan di High Court, London.

Terdapat laporan bahwa Van Thanh telah mengecat ulang mobil itu, namun masih simpang siur mengenai apakah dia mengecat sebelum atau sesudah kecelakaan tersebut.

Al-Fayed, miliuner pemilik toko serba ada Harrods di London, bersikeras bahwa Andanson adalah pengemudi Fiat Uno, dan merupakan bagian dari rencana pembunuhan terhadap Diana, yang melibatkan badan intelijen luar negeri Inggris yaitu MI6, serta Ratu Elizabeth dan suaminya, Pangeran Phillip.

Saksi lainnya pada Senin (29/10) adalah Stephane Darmon, seorang juru foto yang mengendarai sepeda motor. Dia mengatakan telah membuat pernyataan kepada polisi bahwa supir Mercedes, Henri Paul, mencoba membuat suasana tegang dan antisipasi saat berbicara dengan paparazzi yang menunggu Diana di luar Hotel Ritz.

"Dia mempermainkan para juru foto. Dia mengatakan Lady Di akan ada di sana seperempat jam lagi, dan sebagainya. Saya kira dia ingin para juru foto tertipu," kata Darmon lewat konferensi video dari Paris.

Darmon mengatakan, "Ayahnya adalah seorang pemabuk, dan Paul mengingatkan saya kepada ayah, lewat mata, lewat gerak geriknya, itulah yang ada dalam pikiran saya."

Lebih lanjut Darmon juga mengatakan para juru foto menjadi panik ketika tahu kendaraan yang dikemudikan Paul ternyata berisi Diana dan telah berangkat dari belakang Hotel. Saat itu kadar alkohol pada Paul jauh di atas batas yang diizinkan untuk mengemudi, dan mobil itu sedang dikejar para juru foto.

Pemeriksaan kasus tersebut dimulai awal bulan ini dan diperkirakan akan berlangsung enam bulan.

Lenyapnya Mary Carleste

Misteri ini bermula pada tanggal 5 Desember 1872. Saat itu sekitar pukul 1 siang ketika orang-orang di atas kapal melihat adanya sebuah kapal lain bertiang dua memasuki selat Gibraltar. Ketika diperiksa, mereka tidak bisa menemukan seorangpun di atas kapal. Dengan kata lain, seluruh penumpang kapal tersebut lenyap tanpa bekas.

Kisah Mary Celeste sebenarnya sudah sangat sering diceritakan, baik oleh media ataupun film-film Holywood. Tapi, saya ingin mengajak kalian yang belum mengetahui detail kasus ini untuk mereview kembali urutan peristiwanya dan teori pemecahan misterinya.

Sejarah Mary Celeste
Kapal itu adalah sebuah kapal dagang dari New York yang bernama Mary Celeste. Panjangnya sekitar 31 meter dan dibangun oleh sebuah perusahaan Kanada. Kapal yang awalnya diberi nama Amazon ini memiliki berat 282 ton dan didaftarkan di New York atas nama tiga orang, yaitu James H Winchester, Sylvester Goodwin dan Benjamin Spooner Briggs.

Kapal ini memang dianggap membawa nasib buruk karena adanya beberapa kejadian dalam pelayarannya. Kapten pertamanya, seorang pria Skotlandia bernama Robert McLellan terkena Pneumonia dan meninggal hanya sembilan hari setelah memimpin kapal.

John Nutting Parker, kapten berikutnya, tanpa sengaja menabrak sebuah kapal nelayan sehingga kapal itu harus kembali ke galangan untuk diperbaiki. Di galangan kapal, api tiba-tiba muncul dan membakar bagian tengah kapal. Karena insiden ini, kapten Parker kehilangan jabatannya sebagai kapten kapal.

Lalu, ketika sedang berlayar di laut Atlantis, kapal itu menabrak sebuah kapal lain di selat Inggris. Ini menyebabkan kapten yang baru juga dipecat.

Walaupun mengalami beberapa kejadian buruk, tahun-tahun berikutnya, kapal ini mulai memberikan keuntungan bagi pemilik barunya. Ia digunakan untuk membawa berbagai macam barang melewati Hindia Barat, Amerika Tengah hingga Amerika Selatan.

Setelah kapal ini terhempas badai ke teluk Glace pada tahun 1867, pemiliknya menjualnya dengan harga $11.000 (sekitar $160.000 saat ini) kepada James H Winchester dari New York. Mr.Winchester lalu mengganti nama kapal itu menjadi Mary Celeste.
Ia juga memecah kepemilikan kapal ini menjadi 64 lembar saham dan Benjamin Spooner Briggs, seorang pelaut berpengalaman, membeli sebagian dari saham tersebut. Ia kemudian diangkat menjadi kapten Mary Celeste.

Kapten Benjamin Briggs
Dan di bawah kendali Kapten Briggs, misteri itu mulai terjadi.

Pelayaran Bersejarah
Pada tanggal 5 November 1872, di bawah pimpinan Kapten Briggs, kapal itu berlabuh di New York dan mengambil kargo berupa 1.701 barel alkohol yang bernilai sekitar $35.000 (sekitar $513.000 uang saat ini) untuk dimuat ke kapal. Jumlah yang cukup besar, bahkan untuk ukuran saat ini. Karena barang yang dibawa cukup berharga, kargo tersebut diasuransikan di Eropa.

Perjalanan Mary celeste direncanakan dimulai dari Staten Island, New York, menuju Genoa, Italia.

Selain kapten dan tujuh orang awak, kapal itu juga mengangkut dua penumpang lainnya yaitu istri Kapten Briggs yang bernama Sarah dan putri kecil mereka yang baru berusia dua tahun bernama Sophia Mathilda. Jadi total penumpang kapal itu ada 10 orang.

Sebelum Mary Celeste meninggalkan New York, Kapten Briggs sempat berbincang-bincang dengan David Reed Morehouse, teman lamanya yang juga merupakan kapten dari kapal dagang Inggris, Dei Gratia. Dari perbincangan itu, kedua kapten mengetahui bahwa mereka ternyata memiliki tujuan pelayaran yang hampir sama, yaitu menuju laut Atlantik melewati selat Gibraltar menuju Mediterania.

Namun Kapal Dei Gratia masih menunggu muatan kapalnya tiba. Jadi Mary Celeste berlayar terlebih dahulu pada tanggal 7 November 1872. Sedangkan Dei Gratia menyusul 8 hari setelahnya.

Kedua kapten tersebut tidak mengetahui bahwa nasib akan kembali mempertemukan dua kapal itu dalam situasi yang sama sekali berbeda.

Terombang-ambing tanpa awak
Setelah Dei Gratia berlayar selama kurang lebih tiga minggu, pada tanggal 5 Desember 1872, sekitar jam 1 siang, seorang awak bernama John Johnson melihat ada sebuah kapal yang berjarak sekitar 5 mil di depannya. Posisi Dei Gratia saat itu sekitar 600 mil sebelah barat Portugal.

Johnson segera menyadari bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan kapal itu. Posisinya menyimpang dan layarnya terlihat sedikit robek. Johnson segera menghubungi perwira kedua kapal bernama John Wright yang kemudian menghubungi Kapten.





Ketika mendekat, mereka menyadari bahwa kapal itu adalah Mary Celeste. Kapten Morehouse terheran-heran karena menyadari kalau Mary Celeste seharusnya sudah tiba di Italia.

Kapal Dei Gratia mendekati kapal itu hingga jarak 400 yard dan mengamatinya selama beberapa lama. Mereka kemudian menyimpulkan kalau kapal itu telah terbawa arus menuju selat Gibraltar.

Lalu, awak kapal Dei Gratia yang bernama Oliver Deveau memimpin sebuah tim kecil menuju ke atas kapal Mary Celeste.

Kondisi di dalam Mary Celeste
Di atas kapal, Deveau menemukan kapal dalam keadaan basah dan tidak menemukan satupun penumpang di dalamnya. Ia juga melaporkan adanya banyak air di dek dan adanya air setinggi 1,1 meter di dalam palka. Walaupun begitu, kapal yang mengalami kondisi ini masih dianggap normal dan layak berlayar.

Semua dokumen kapal, kecuali catatan pelayaran kapten, telah hilang. Jam berhenti berfungsi dan kompasnya telah hancur, mungkin akibat jatuh. Sekstan dan kronometer pelayaran juga hilang.

Sebuah sekoci untuk menyelamatkan diri tidak ditemukan di tempatnya. Bekas-bekas yang ada di sekitarnya menunjukkan kalau sekoci itu dilepas dengan sengaja. Namun anehnya, jas hujan yang digunakan untuk berjaga-jaga masih lengkap dan tidak dibawa ke dalam sekoci.

Lalu jangkar kapal juga tidak diturunkan, layar tidak dinaikkan dan kemudi tidak dikunci sehingga berputar dengan liar.

Kargo berupa 1.701 barel alkhol ditemukan masih dalam keadaan lengkap. Namun ketika muatan itu dibongkar di Genoa, 9 tong barel ditemukan kosong. Tetapi tidak terlihat adanya bekas kebocoran ataupun bau alkohol yang tercium keluar.

Persediaan makanan yang dimaksudkan untuk enam bulan masih terjaga dengan baik. Air bersih juga masih bisa ditemukan di atas kapal. Sepertinya hanya sedikit sekali makanan yang dibawa ke atas sekoci.

Semua barang pribadi para kru dan barang berharga lainnya juga tidak tersentuh sama sekali. Ini membuat teori bajak laut menjadi tidak mungkin. Lagipula tidak ada tanda-tanda kekerasan yang terjadi di atas kapal.

Ketika masuk ke ruangan salah seorang awak Mary celeste, Albert Richardson, Deveau menemukan adanya beberapa tulisan yang terlihat seperti kalkulasi yang belum selesai. Ini menunjukkan kalau Richardson telah dipanggil dengan tiba-tiba.

Dalam kabin Briggs, Deveau tidak menemukan adanya catatan yang menunjukkan adanya kabar mengenai cuaca buruk.

Semua indikasi ini menunjukkan kapal ditinggalkan dengan terburu-buru. Tetapi karena apa ?

Oliveur Deveau kemudian membawa Mary celeste menuju Genoa, Tujuan yang tidak sempat diselesaikan kapten Briggs. Kapal itu mencapai Genoa sekitar 10 hari kemudian. Dan penyelidikanpun dilakukan oleh Vice Admiralty Court di Gibraltar untuk menentukan apa yang terjadi pada Mary Celeste.

Apa yang menyebabkannya?
Sejak lama, misteri ini telah menarik perhatian perhatian sejumlah besar orang dan banyak teori telah diajukan untuk menjelaskan peristiwa ini, mulai dari penculikan oleh alien, lorong waktu, monster laut hingga segitiga bermuda. Soal segitiga bermuda, kita bisa mengabaikan itu karena karena posisi kapal berada jauh dari lokasi itu.

Selain teori diatas yang sepertinya tidak masuk akal, teori lainnya yang lebih ilmiah juga dipertimbangkan.

Karena tidak ditemukannya tanda-tanda kekerasan di kapal atau bercak darah dan tidak adanya barang berharga yang hilang, maka teori bajak laut dan pemberontakan menjadi tidak mungkin.

Jadi, kita bisa melihat kepada alternatif teori lainnya.

Pembunuhan oleh Kru Dei Gratia
Menurut beberapa penulis, ada kemungkinan para awak Mary Celeste dibunuh oleh awak Dei Gratia dengan tujuan untuk mengamankan hak kepemilikan kapal karena penemuan kapal itu.

Namun teori ini dibantah karena Kapten Dei Gratia, David Moorehouse, adalah teman lama kapten Briggs. Lagipula, kapal Dei Gratia berlayar 7 hari setelah Mary Celeste sehingga tidak mungkin kapal ini bisa menyusulnya.

Penyelidikan oleh otoritas berwenang di Gibraltar juga tidak menemukan indikasi ini.

Penipuan Asuransi
Teori ini mengatakan adanya kemungkinan Kapten Briggs dan Kapten Moorehouse berkomplot untuk melakukan penipuan asuransi dan sesungguhnya kapten Briggs masih hidup dengan menggunakan identitas baru.

Namun teori ini juga dibantah karena hasil penggantian asuransi tidak akan cukup untuk membiayai hari tua mereka berdua.

Badai
Teori ini mengatakan kalau Mary Celeste menjumpai badai. Lalu air mulai memenuhi kapal dan para kru segera menyelamatkan diri dengan sekoci.

Walaupun argumen ini cukup masuk akal, namun beberapa fakta sepertinya tidak mendukung. Misalnya, jumlah air di kapal tidak cukup untuk menenggelamkannya. Kapten Briggs yang berpengalaman pasti mengetahui hal ini sehingga ia tidak akan dengan gegabah memerintahkan evakuasi. Lagipula, tidak ada badai yang dilaporkan terjadi di wilayah itu ketika Mary Celeste berlayar.

Gempa Bumi
Teori ini diajukan oleh kapten David Williams yang pernah mengalami beberapa kali gempa bumi ketika sedang berlayar. Menurut kapten Williams, mungkin sebuah gempa bumi telah terjadi dan membuka 9 tong barel berisi alkohol yang kemudian bocor ke lambung.

Gempa ini juga dipercaya telah menyebabkan perapian di dek bergeser. Bau alkohol dan bara api yang tercium mungkin telah membuat para awak meninggalkan kapal untuk menyelamatkan diri. Tetapi, karena kapal Mary Celeste terus berlayar sendiri, para awak di sekoci tidak dapat mengejarnya dan mati di laut.

Aktifitas seismik memang umum terjadi di wilayah itu dan karena itu, teori ini cukup populer dan sering disinggung oleh para penulis.

Namun teori ini menjadi lemah karena para awak kapal Dei Gratia tidak merasakan adanya gempa itu, demikian juga dengan para penduduk sekitar di Portugis. Lagipula tidak ada bau alkohol yang tercium di kapal dan tidak ada bukti tumpahan alkohol di palka.

Semburan Air (WaterSpout)
Waterspout adalah semburan air laut yang menjulang tinggi seperti tornado. Jika waterspout terjadi, maka para awak Mary Celeste akan merasakan kapal seperti tenggelam sehingga mungkin mereka telah meninggalkan kapal dalam usaha menyelamatkan diri.


Ini mungkin bisa menjelaskan mengapa kapal Mary Celeste ditemukan dalam keadaan basah, kompas yang rusak, dan kondisi yang terlihat seperti kapal ditinggalkan tiba-tiba.

Teori ini termasuk teori yang paling masuk akal yang pernah diajukan.

Risiko Ledakan
Teori ini diajukan oleh James Winchester. Ketika Mary Celeste ditemukan, 9 tong barel anggur ditemukan dalam keadaan kosong. Ini bisa terjadi karena 9 tong tersebut ternyata terbuat dari kayu oak merah, bukan kayu oak putih seperti yang lainnya. Kayu oak merah dikenal sebagai kayu yang berpori-pori besar dan gampang bocor.

Kapten Briggs yang tidak pernah membawa barang berbahaya seperti alkohol mungkin telah memutuskan untuk meninggalkan kapal ketika mencium bau alkohol karena takut akan adanya ledakan.

Sejarawan Conrad Byers percaya kalau teori ini yang paling masuk akal.

Ia percaya kalau kapten Briggs mungkin telah memerintahkan dibukanya lubang palka sehingga menimbulkan semburan uap. Kapten yang mengira akan terjadi ledakan akhirnya memerintahkan untuk meninggalkan kapal dengan terburu-buru.

Teori ini kemudian disempurnakan oleh ilmuwan dari Jerman, Eigel Wiese. Ia meminta tim dari University College London untuk menciptakan eksperimen yang menunjukkan efek ledakan uap alkohol. Dalam eksperimen itu, terbukti kalau uap alkohol yang terbakar telah meledakkan lubang palka sehingga terbuka, namun ledakan itu tidak cukup kuat untuk merusak sekelilingnya. Karena panik, kapten Briggs mungkin telah memerintahkan untuk meninggalkan kapal.

Teori Eiese ini dianggap sebagai argumen paling logis yang bisa menjelaskan misteri Mary Celeste.

Setelah peristiwa misterius itu, Mary Celeste kemudian dijual oleh James Winchester dengan kerugian yang cukup besar. Selama 13 tahun berikutnya, kapal itu berpindah tangan sebanyak 17 kali.

Pada tanggal 3 Januari 1885, pemilik terakhirnya yang bernama GC parker berusaha menenggelamkan kapal itu di laut Karibia dengan cara membakarnya dalam usaha untuk menipu perusahaan asuransi. Saat itu, kapal itu memuat kargo yang diasuransikan dengan nilai besar. Namun usaha ini diketahui dan GC parker pun dipenjara.

Karena kerusakan berat akibat usaha GC Parker, kapal Mary celeste dibiarkan begitu saja dan perlahan-lahan tenggelam ke laut, membawa pergi semua misteri yang menyertainya.

Misteri hilangnya Amelia Earhart

Earhart bergabung dengan fakultas Universitas Purdue tahun 1935 sebagai anggota fakultas yang berkunjung untuk menganjurkan wanita dalam karier dan sebagai penasehat teknik Departemen Aeronautik. Pada bulan Juli tahun 1936, ia mengambil kiriman pesawat Lockheed 10E Electra yang dibiayai oleh Purdue dan mulai merencanakan penerbangan keliling dunia. Penerbangan ini akan dilakukan sejauh 29.000 mil (47.000 kilometer), mengikuti jalur khatulistiwa yang sangat meletihkan. Walaupun Electra dipublikasi sebagai “laboratorium terbang”, pengetahuan yang sedikit berguna direncanakan dan penerbangan telah disusun oleh keinginan Earhart untuk mengelilingi dunia dengan pengumpulan bahan dan perhatian publik untuk buku berikutnya. Pilihan pertama ahli navigasinya adalah Kapten Harry Manning, yang menjadi kapten kapal Presiden Roosevelt yang membawa Amelia kembali dari Eropa tahun 1928.

Melalui kontak di komunitas penerbangan Los Angeles, Fred Noonan dipilih sebagai ahli navigasi kedua. Ia memiliki pengalaman luas, baik dalam navigasi laut (ia adalah kapten kapal) dan navigasi udara. Terdapat faktor tambahan penting yang perlu diambil ketika menggunakan navigasi penerbangan untuk pesawat terbang. Rencana awal untuk Noonan adalah untuk menavigasi dari Hawaii ke pulau Howland, yang merupakan bagian yang sulit pada penerbangan.


Usaha pertama
L-R, Paul Mantz, Amelia Earhart, Harry Manning dan Fred Noonan, 17 Maret 1937, Oakland, California
Pada hari St. Patrick, 17 Maret 1937, mereka terbang dari Oakland, California ke Honolulu, Hawaii. Harry Manning dan pilot akrobatik Hollywood, Paul Mantz (yang menjadi penasehat teknik Earhart) ikut dengan Earhart dan Noonan dalam penerbangan itu. Masalah dengan baling-baling menyebabkan pesawat ini harus direparasi di Hawaii. Electra akhirnya berakhir di lapangan udara Luke Field di pulau Ford, Pearl Harbor. Penerbangan dilanjutkan tiga hari dengan Earhart, Noonan dan Manning yang menaiki pesawat tersebut dan selama pesawat bergerak untuk lepas landas, Earhart mengalami ground loop (rotasi cepat sebuah pesawat terbang sayap-tetap pada posisi horisontal sementara berada di darat). Keadaan sekitar ground loop tetap kontroversial. Beberapa saksi di lapangan udara Luke menyatakan mereka melihat ban pesawat meledak . Earhart mengetahui ban kanan Electra meledak dan/atau roda gigi pendaratan telah mengalami keruntuhan. Beberapa sumber, termasuk Mantz, menyatakan hal ini adalah kesalahan pilot.
Pesawat tersebut rusak dan penerbangan dibatalkan. Pesawat tersebut dikirim ke fasilitasi Lockheed di Burbank, California dengan kapal untuk perbaikan.

Usaha kedua
Sementara Electra diperbaiki, Earhart dan Putnam menyimpan dana dan bersiap untuk usaha kedua. Usaha kali ini dilakukan dengan rute penerbangan dari barat ke timur. Usaha kedua dimulai dengan penerbangan yang tidak dipublikasi dari Oakland ke Miami, Florida, dan setelah tiba disana, Earhart mengumumkan rencananya untuk mengelilingi dunia kepada publik. Arah penerbangan yang berbeda dilakukan kaerna perubahan angin global dan cuaca. Fred Noonan adalah satu-satunya kru Earhart untuk penerbangan kedua. Mereka berangkat dari Miami pada tanggal 1 Juni dan setelah berhenti beberapa kali di Amerika Selatan, Afrika, India, dan Asia Tenggara, ia tiba di Lae, Papua Nugini pada tanggal 29 Juni 1937. Pada saat ia tiba di Lae, ia telah menempuh perjalanan sepanjang 22.000 mil (35.000 km). Sisa rute sepanjang 7.000 mil (11.000 km) semuanya akan dilewati di samudera Pasifik.

Keberangkatan dari Lae
Pada tanggal 2 Juli 1937 (tengah malam dalam waktu Greenwich Mean Time), Earhart dan Noonan lepas landas dari Lae. Mereka akan terbang menuju pulau Howland, pulau yang terletak di samudera Pasifik. Posisi terakhir mereka yang diketahui berada di dekat kepulauan Nukumanu. Kapal Itasca berpatroli di Howland untuk berkomunikasi dengan pesawat Lockheed Electra 10E yang dikemudikan Earhart dan memandu mereka ke pulau Howland.

Kemunculan terakhir saat menuju Pulau Howland
Melalui berbagai kesalah pahaman (detail dari kejadian ini masih kontroversial), kemunculan terakhir saat menuju pulau Howland menggunakan navigasi radio tidak berhasil. Fred Noonan awalnya telah menulis tentang masalah yang mempengaruhi keakuratan radio dalam navigasi.[74] Beberapa sumber mencatat kekurangan pengertian Earhart atas antena pencari arah Bendix yang merupakan teknologi baru pada saat itu. Ada juga yang menyatakan hal ini merupakan akibat dari kekacauan yang mungkin terjadi antara Itasca dengan Earhart yang merencanakan jadwal komunikasi menggunakan sistem waktu setengah jam perpisahan (dengan Earhart menggunakan Greenwich Civil Time (GCT) dan Itasca dibawah zona waktu angkatan laut).

Fakta-fakta gambar bergerak dari Lae memberi kesan bahwa antena radio yang dipasang dibawah badan pesawat terbang mungkin putus dari Electra selama lepas landas atau mendarat di landasan kapal terbang yang berumput di Lae, namun tidak ada antena yang ditemukan di Lae. Don Dwiggins, dalam biografinya tentang Paul Mantz, mencatat bahwa penerbang telah memotong antena karena mengganggu dan mereka harus mengengkolnya kembali ke pesawat setiap pemakaian.


Sinyal radio
Selama kemunculan Earhart dan Noonan saat menuju pulau Howland, Itasca menerima transmisi suara yang kuat dan jelas dari Earhart tetapi ia tidak dapat mendengar transmisi suara dari Itasca. Pada pukul 7:42 pagi, Earhart mengirim pesan:
“ Kami seharusnya tepat di atas anda, tetapi kami tidak dapat melihat anda — dan bahan bakar hampir habis. Berulang-kali gagal menghubungi anda melalui radio. Kami terbang di ketinggian 1.000 kaki. ”
Transmisinya pada pukul 7:58 pagi berkata bahwa ia tidak dapat mendengar Itasca dan meminta mereka mengirim sinyal suara sehingga Earhart dapat mencoba menggunakan radio sebagai alat pembantu dengan maksud untuk mencapai ke tempat tujuan (transmisi ini dilaporkan oleh Itasca yang merupakan sinyal terbesar yang terdengar, menunjukan Earhart dan Noonan berada di daerah yang dekat). Mereka tidak dapat mengirim suara pada frekuensi yang ia minta, sehingga sinyal kode Morse digunakan. Earhart mengkonfirmasikan menerima kode tersebut tetapi ia tidak dapat menentukan arah penerbangannya.

Pada transmisi terakhirnya yang diketahui pada pukul 8:43 pagi, Earhart mengirim pesan,
“ Kami berada pada garis 157 337. Kami akan mengulangi pesan ini. Kami akan mengulangi pesan ini pada 6210 kilohertz. Tunggu. ”
Namun, beberapa waktu kemudian ia kembali dengan frekuensi yang sama (3105 KHz) dengan transmisi yang dicatat sebagai “dipertanyakan”.
“ Kami menjalankan pada garis utara dan selatan. ”

Transmisi Earhart mungkin untuk menunjukan bahwa ia dan Noonan percaya mereka telah mencapai posisi Howland, dan tidak benar oleh sekitar beberapa 5 mil laut (10 kilometer). Itasca menggunakan ketel uap mereka yang berbahan bakar minyak untuk membuat sinyal asap sekain waktu, namun mereka tidak melihatnya. Banyaknya awan yang menyebar di daerah sekitar pulau Howland juga telah dicatat sebagai masalah: bayangan gelap awan tersebut pada permukaan samudera mungkin tak dapat dibedakan dari pulau yang sangat rata.

Pertanyaan apakah sinyal radio setelah hilang diterima dari Earhart dan Noonan, tetap kontroversial. Jika transmisi diterima dari Electra, maka transmisi itu mungkin lemah dan merusak isi keterangan. Transmisi suara Earhart sebesar 3105 KHz, frekuensi yang dibatasi untuk penggunaan penerbangan di Amerika Serikat oleh FCC. Frekuensi ini tidak dianggap cocok untuk siaran radio melewati jarak yang jauh. Ketika Earhart berada pada ketinggian pelayaran dan berada di pertengahan jalur dari Lae ke Howland (berjarak sekitar 1.000 mil atau 1.600 kilometer satu sama lain), tidak ada stasiun mendengar transmisi penjadwalannya pada pukul 08:15 GCT. Pemancar 50-watt transmitter yang digunakan oleh Earhart dipasang pada antena kurang-dari-jarak-terbaik tipe-V.

Transmisi suara terakhir yang diterima di Pulau Howland dari Earhart menandakan bahwa dia dan Noonan sedang terbang melalui garis posisi (diambil dari posisi “garis matahari” yang bersudut 157-337 derajat) yang seharusnya dihitung oleh Noonan menggunakan grafik untuk melewati pulau Howland. Setelah semua kontak hilang di pulau Howland, usaha dilakukan untuk mencapai penerbang baik dengan transmisi suara dan kode Morse. Operator di samudera Pasifik dan Amerika Serikat mungkin mendengar sinyal dari Electra yang jatuh, tetapi transmisinya tidak dapat dipahami atau lemah.

Terdapat beberapa transmisi yang merupakan palsu, tetapi yang lainnya dipertimbangkan asli. Sinyal yang ditangkap oleh stasiun Pan American Airways memberi kesan sinyal berasal dari beberapa lokasi, termasuk pulau Gardner. Pada waktu itu, jika sinyal tersebut berasal dari Earhart dan Noonan, mereka pasti berada di darat dengan pesawat terbang dan air akan memendekkan sistem listrik Elektra. Sinyal jarang-jarang dilaporkan untuk 4 sampai 5 hari setelah hilangnya Earhart tetapi tidak ada hasil informasi yang dapat dimengerti. Kapten kapal USS Colorado nantinya berkata:
“ Tidak ada kesangsian banyak stasiun memanggil pesawat Earhart dalam frekuensi pesawat, beberapa dengan suara dan lainnya dengan sinyal. Semuanya menambah kebingungan dari kebenaran laporan tersebut. ”


Upaya pencarian
Dimulai kira-kira satu jam setelah pesan terakhir Earhart yang direkam, USCG Itasca menjalankan sebuah pencarian di barat dan utara pulau Howland yang gagal berdasarkan dugaan awal tentang transmisi dari pesawat. Angkatan Laut Amerika Serikat segera bergabung dengan pencarian dan mengirim sumber daya yang ada ke daerah pencarian di sekitar pulau Howland. Pencarian awal oleh Itasca meliputi penelusuran sampai pada posisi garis 157/337 sebelah utara barat laut dari pulau Howland. Itasca lalu mencari ke daerah timur laut dari pulau Howland. Daerah pencarian tersebut lebih luas daripada daerah di barat laut. Berdasarkan lokasi pemancaran beberapa transmisi radio Earhart yang diperkirakan, beberapa usaha pencarian diarahkan ke posisi 281 derajat barat laut dari pulau Howland tanpa menemukan tanah atau adanya bukti dari para penerbang. Empat hari setelah transmisi radio terakhir dari Earhart yang diverifikasi, pada tanggal 6 Juli 1937, kapten kapal Colorado menerima perintah dari komandan distrik angkatan laut keempatbelas untuk mengambil alih semua unit angkatan laut dan penjaga pantai demi mengkoordinasi usaha pencarian.

Usaha pencarian lainnya diarahkan ke kepulauan Phoenix, selatan dari pulau Howland. Satu minggu kemudian setelah hilangnya Amelia Earhart, pesawat angkatan laut terbang melewati beberapa pulau termasuk pulau Gardner, yang telah tidak dihuni selama lebih dari 40 tahun. Laporan berikutnya dari pulau Gardner berisi:
“ Disini tanda pemukiman baru dengan jelas dapat terlihat tetapi pengamatan ulang gagal untuk mendapatkan jawaban apapun dari penduduk yang mungkin dan akhirnya ditemukan bahwa tidak ada siapa-siapa di sana… Pada sisi paling barat pulau sebuah kapal uap (sekitar 4.000 ton)… terbalik dan hampir kering di pantai koral dengan punggungnya patah pada dua tempat. Pantai laguna di pulau Gardner terlihat cukup dalam dan cukup besar sehingga sebuah pesawat terbang laut atau bahkan pesawat amfibi dapat mendarat atau berangkat menuju berbagai arah dengan kesulitan yang kecil atau bahkan tanpa sama sekali. Dipercaya ada kemungkinan bahwa Earhart mendaratkan pesawatnya di laguna ini dan berenang ke pantai. ”

Mereka juga menemukan bahwa besar dan bentuk pulau Gardner seperti digambar pada peta tidak akurat. Pencarian angkatan laut lainnya diarahkan ke utara, barat dan barat daya dari pulau Howland, berdasarkan kemungkinan Electra mendarat di samudera, mengapung atau penerbang sedang dalam rakit darurat.

Usaha pencarian resmi dilakukan sampai tanggal 19 Juli 1937.[95] Dengan dana $4 juta, pencarian udara dan laut oleh angkatan laut dan penjaga pantai adalah pencarian paling mahal pada sejarah pada saat itu, tetapi teknik pencarian dan penyelamatan selama saat itu belum sempurna dan beberapa pencarian berdasarkan dugaan kekeliruan dan informasi yang kurang. Laporan resmi dari usaha pencarian dipengaruhi sikap hati-hati orang-orang tentang bagaimana peran mereka dalam mencari sang pahlawan Amerika Serikat, mungkin dilaporkan oleh pers. Meski telah diusahakan pencarian luar biasa oleh Angkatan Laut Amerika Serikat dan penjaga pantai, tidak ada bukti fisik yang ditemukan dari Earhart, Noonan atau Electra 10E.

Segera setelah berakhirnya pencarian resmi, George P. Putnam mendanai pencarian pribadi oleh otoritas setempat di pulau-pulau Pasifik dan perairan sekitarnya, berkonsentrasi di kepulauan Gilbert. Pada akhir bulan Juli tahun 1937, Putnam menyewa 2 kapal kecil sementara ia tetap berada di Amerika Serikat, mengatur pencarian Earhart di kepulauan Phoenix, pulau Christmas, pulau Fanning, kepulauan Gilbert dan kepulauan Marshall, namun tidak ada jejak Electra ataupun Earhart dan Noonan.

Kamis, 16 Juni 2011

Jack the Ripper

Jack the Ripper. Ia adalah seorang pembunuh yang dianggap bertanggung jawab atas kematian lima wanita PSK pada tahun 1888 di London yang ditemukan dalam kondisi tubuh termutilasi. Setelah lebih dari 100 tahun, identitas sang pembunuh masih belum terungkap. Dalam barisan teori-teori modern mengenai identitas sang pembunuh, inilah yang terbaru.

Seorang sejarawan mengklaim telah menemukan identitas sebenarnya dariJack the Ripper dan ia percaya bahwa korbannya mungkin lebih banyak dua orang dari yang dikira.

Sejarawan Mei Trow menggunakan teknik forensik modern yang biasa dipakai oleh polisi, termasuk metode profiling psikologi dan geografi hingga menghasilkan kesimpulan bahwa seseorang yang bernama Robert Mann, seorang petugas kamar mayat, adalah pembunuh sadis tersebut.

Teorinya yang merupakan hasil dari riset intensif selama dua tahun dibahas di film dokumenter Discovery Channel yang berjudul “Jack the Ripper : Killer Revealed”.

Penelitian Trow bermula pada sebuah informasi yang didapatnya pada tahun 1988 dari hasil pemeriksaan FBI atas kasus Jack The Ripper yang telah menghasilkan profile kepribadian pembunuh yang komprehensif.


Hasil profiling FBI menghasilkan kesimpulan bahwa Jack adalah seorang pria berkulit putih dari masyarakat kelas bawah, kemungkinan merupakan produk broken home.



Jack
 mungkin seorang pekerja kasar, namun memiliki pengetahuan mengenai anatomi manusia, seperti tukang daging, petugas kamar mayat atau asisten dokter. Jack juga disebut tidak berinteraksi dengan manusia dalam waktu cukup lama sehingga ia mungkin mengalami masalah sosial. Robert Mann sesuai dengan deskripsi ini. Ia datang dari keluarga bermasalah. Ayahnya jarang hadir dalam hidupnya dan sejak kecil ia telah menjadi pekerja kasar. Trow mengatakan :”Saya ingin menelusuri lebih jauh daripada sekedar mitos seseorang dengan mantel, topi dan sebilah pisau, dan masuk ke dalam kenyataan. Dan kenyataannya Jack adalah pria biasa.” Trow juga mengemukakan teori yang mengejutkan. Jack The Ripper mungkin telah membunuh dua wanita lainnya. Ia percaya Martha Tabram yang ditemukan mati dengan 39 luka tusukan di Gunthorpe Street adalah korban pertama Jack. Sedangkan Alice Mackenzie yang yang terbunuh lima bulan setelah lima pembunuhan yang dilakukan Jack merupakan korban terakhirnya. Mayat dua wanita ini, bersama mayat Polly Nichols dan Annie Chapman, korban Jack lainnya, dikirim ke rumah mayat Whitechapel tempat Robert Mann bekerja. Mann akhirnya menjadi saksi polisi yang mengkonfirmasi penyebab kematian Polly. Hal lain yang membuat Trow curiga dengan Mann juga karena ia menelanjangi mayat Polly dengan asistennya walaupun inspektur polisi Spratling telah melarangnya untuk menyentuh mayat itu. Menurut Trow, hal ini dilakukan oleh Mann mungkin untuk mengagumi hasil karya pembunuhannya sendiri. Profesor Laurence Alison, seorang ahli psikologi forensik Universitas Liverpool juga setuju dengan Trow. Dalam film dokumenter itu, ia berkata :”Apabila dilihat dari segi profiling psikologi, Robert Mann adalah tersangka yang paling mungkin”. Teori Trow adalah teori terbaru diantara barisan teori-teori lainnya mengenai identitas Jack The Ripper. Sejak peristiwa pembunuhan tersebut hingga sekarang, paling sedikit ada 100 tersangka yang telah diajukan, termasuk anggota keluarga kerajaan Inggris, seorang dokter dan bahkan seniman Walter Sickert. Pembunuhan yang tidak terpecahkan atas lima PSK di london timur pada tahun 1888 telah menimbulkan banyak teori atas identitas Jack The Ripper – dengan kandidat seperti seniman Walter sickert, pengarang buku Alice in Wonderland, Lewis Carroll dan bahkan cucu ratu Victoria, Duke of Clarence. Tidak dapat dipungkiri bahwa kasus ini adalah sebuah tamparan keras bagi Scotland Yard yang tidak dapat membongkar kasus ini hingga lebih dari 100 tahun. Namun sekarang, sejarawan Dr.Andrew Cook mengklaim telah membongkar seluruh teori tersebut dengan menolak pendapat bahwa pembunuhan atas kelima PSK tersebut dilakukan oleh seorang pembunuh saja. Dalam bukunya yang berjudul “Jack The Ripper – Case Closed”, Dr Cook menyatakan bahwa nama Jack The Ripper pertama kali muncul dalam sebuah surat pemberitahuan pembunuhan yang diungkapkan oleh sebuah harian lokal dimana surat itu ditandatangani oleh oknum yang menyebut dirinya Jack The Ripper. Dr.Cook berpendapat bahwa surat itu adalah sebuah kreasi dari seorang jurnalis yang putus asa untuk menjual korannya. Dr.Cook juga menyatakan bahwa kelima PSK tersebut, Mary Nichols, Catherine Eddowes, Mary Kelly, Elizabeth Stride dan Annie Chapman dibunuh oleh orang-orang yang berbeda, termasuk enam orang korban pembunuhan lainnya yang sering dihubungkan dengan Jack The Ripper. Dr.Cook mengaku mendapatkan bukti dari polisi dan dokter yang pada waktu itu mengekspresikan keraguan terhadap teori satu pembunuh berantai. Seorang pejabat polisi Whitechapel pada saat pembunuhan itu terjadi menyatakan bahwa ia tidak percaya Mary Kelly dibunuh oleh Jack The Ripper. Asisten polisi yang mengotopsi kelima mayat tersebut, Percy Clark mengatakan kepada harian East London Observer pada tahun 1910,”Saya rasa mungkin satu pembunuh memang bertanggungjawab atas kematian 3 orang dari antaranya. Namun dua lainnya tidak.” Pernyataan ini muncul karena sang pembunuh mengeluarkan organ tubuh bagian dalam dari 3 korban. Sedangkan dua lainnya tidak. Namun komentar seperti ini hanya menjadi sebuah tetesan air di samudera luas karena imajinasi pembunuh maniak telah merasuk kedalam pikiran penduduk Inggris saat itu. Dr.Cook menunjukkan bahwa satu harian surat kabar yang bertanggung jawab atas teori jack the Ripper adalah koran The Star yang baru diluncurkan pada saat itu. Setelah memuat surat pembunuhan yang mencantumkan nama Jack The Ripper, harian The Star segera menjadi harian terlaris saat itu. The Star mengungkapkan adanya surat dari seorang yang bernama “Jack The Ripper” di tengah-tengah penurunan oplah yang luar biasa. Seorang ahli tulisan tangan bernama Elaine Quigley yang dimintai oleh Dr.Cook untuk meneliti surat itu menyatakan bahwa tulisan tangan dalam surat itu persis sama dengan tulisan tangan salah satu wartawan The Star bernama Frederick Best. sumber terpercaya : http://goehhary.wordpress.com/2010/06/20/jack-the-ripper/

Rabu, 15 Juni 2011

Kematian Presiden Amerika John F. Kennedy

Kematian John Fitzgerald Kennedy mungkin hingga saat ini lebih terkenal dengan kisah pembunuhan yang sangat memilukan di hadapan masyarakat Amerika Serikat sendiri pada tanggal 22 November 1963. Meskipun Abraham Lincoln telah lebih dulu mencoreng kredibilitas dari pengamanan kepresidenan di Amerika Serikat, namun kematian Kennedy-lah yang terlihat begitu aneh dengan munculnya berbagai teori konspirasi tingkat tinggi seputar pembunuhannya, bahkan salah satunya dengan berani mengatakan bahwa justru Amerika sendiri yang terlibat di dalam kematian sang presiden.

Memang artikel ini akan terlihat sebagi suatu pengungkapan fakta lain dalam sejarah, mengingat selama ini sejarah hanya mencatat bahwa Kennedy tewas tertembak, dan pembunuhnya berhasil diadili. Namun dibalik semua itu ada sesuatu yang seolah ingin disembunyikan dari sejarah itu sendiri. Hal-hal seperti inilah yang membuat kredibilitas dari para sumber-sumber sejarah berita harus dipertanyakan lagi.
Dari berbagai teori konsiprasi yang muncul, sebagian besar mengarahkan pandangannya kepada CIA, KGB, mafia Amerika, direktur FBI J. Edgar Hoover, Richard Nixon yang pada saat itu sebagai mantan wakil presiden, Lyndon Johnson yang pada saat itu sebagai wakil presiden, Fidel Castro, kelompok anti Fidel Castro, dan masih banyak lagi teori-teori konspirasi seputar pembunuhan John F. Kennedy mengenai siapa sebenarnya otak dibalik pembunuhan dari presiden paman Sam yang terpilih pada tahun 1960 itu.

Kronologis Kejadian

Secara garis besar sejarah, kejadiannya memang terlihat seperti tidak ada keanehan sama sekali, tapi jika kita lebih teliti tentang sejarah itu sendiri, maka banyak keganjilan yang akan terdapat di dalam sejarah itu sendiri.
Pada musim gugur tahun 1963, sebenarnya terjadi suatu perdebatan di Gedung Putih mengenai rencana presiden ke Amerika. Dalam 6 bulan terakhir ancaman terhadap keselamatan presiden meningkat drastis, semuanya berasal dari para mafia, musuh-musuh CIA, kelompok anti Fidel Castro, kelompok fanatik dari partai Republik maupun gerakan fasisme daerah selatan.
Pada saat itu memang Texas dan Dallas adalah benteng yang paling tepat untuk dimintai dukungan jika ingin mengalahkan partai republik pada pemilu 1964 nanti. Sayangnya, karena ulah dari Kennedy yang mendepak Lyndon Johnson (padahal tim suksesnya sendiri) menimbulkan kekecewaan dari masyarakat Texas dan Dallas, sehingga mereka mulai mengalihkan pandangannya kepada partai Republik.
Pandangan seperti ini rupanya yang tidak ingin dihadapi oleh Kennedy. Ia kemudian memilih untuk meredam kritik masyarakat dengan merencanakan perjalanan dua hari ke Texas untuk mengunjugi San Antonio. Perjalanan ini tentu sangat beresiko perwakilan Kennedy untuk PBB baru saja dikasari massa di Texas sendiri, namun inilah cara sang presiden untuk tetap mengamankan benteng demi pemilu 1964 nanti yang tinggal beberapa bulan lagi.

Presiden John F. Kennedy akhirnya terbunuh dengan tembakan di leher di Dallas ketika ia sedang dalam iring-iringan kepresidenan dengan mobil yang terbuka pada tanggal 22 November 1963. Saat itu, Gubernur Texas, John Connally juga terluka. Hanya dalam waktu dua jam kemudian, Lee Harvey Oswald ditangkap karena kasus pembunuhan seorang polisi Dallas, dan malam itu juga ia didakwa atas tuduhan pembunuhan dalam kematian seorang perwira polisi, J.D Tippit. Pada keesokan harinya di pagi hari, Oswald tiba-tiba sudah didakwa dengan tuduhan membunuh Presiden. Pada 24 November 1963 kemudian, ketika sedang dalam perjalanan untuk memindahkan Oswald dari Kepolisian Dallas ke penjara county, Oswald ditembak oleh Jack Ruby, seorang pemilik club malam dan tewas seketika.

Pada tahun 1964 kemudian, Warren Commission menyimpulkan bahwa tidak ada bukti yang meyakinkan bahwa Oswald terlibat dalam suatu konspirasi tingkat tinggi untuk membunuh Presiden, dan sejak saat itu, kantor-kantor berita resmi mengumumkan bahwa sang pembunuh itu hanya bertindak sendirian. Meskipun bayang-bayang keanehan dalam penyelidikan pembunuhan tersebut pada awalnya mulai tenggelam perlahan-lahan lewat pernyataan resmi dari Warren Commission, namun pada tahun 1966, masyarakat Amerika dikejutkan dengan sebuah buku dari Mark Lane yang berjudul Rush to Judgement yang secara terbuka membantah pernyataan dari Warren Commission.

Pada tahun 1979 kemudian, the House Select Committee on Assassinations (HSCA) menyatakan sepakan dengan pernyataan resmi dari Warren Commission yang mengatakan bahwa Oswald sang pembunuh telah bertindak sendirian dalam membunuh John F. Kennedy dan tidak terlibat sama sekali dengan satu konspirasi tingkat tinggi. Yang aneh dari pernyataan resmi HSCPA ini adalah, mereka juga menyatakan bahwa, “Warren Commission telah gagal untuk menyelidiki kemungkinan konspirasi tingkat tinggi dibalik pembunuhan presiden”.

Jajak pendapat sendiri sejak 1966 telah secara konsisten mencerminkan kepercayaan publik bahwa Kennedy dibunuh sebagai hasil dari konspirasi. Ini juga tercermin dari hasil jajak pendapat dari ABC poll yang memiliki hasil bahwa, “7 dari 10 masyarakat Amerika menganggap bahwa pembunuhan John F. Kennedy adalah hasil dari suatu konspirasi tingkat tinggi dan bukan pembunuhan tunggal seperti yang selama ini disampaikan pihak berita resmi.” Masyarakat Amerika juga sepakat bahwa benar ada penembak kedua dalam pembunuhan Kennedy tersebut.

Lebih Dari Satu Penembak
Dalam penyelidikannya, Komisi Warren menemukan satu buah butir peluru yang tidak masuk akal untuk dijelaskan. Menurut penyelidikan dari FBI, senjata yang digunakan Oswald seharusnya hanya bisa menembak tiga kali dalam waktu lima sampai delapan detik. Menurut saksi mata yang sempat dimintai keterangan oleh Komisi Warren, mengatakan bahwa hanya tiga peluru yang ditembakkan ke arah mobil yang ditumpangi Kenneddy saat itu. Satu dari tiga peluru itu, tidak mengenai mobil sama sekali atau dengan kata lain meleset total, yang satu lainnya mengenai sang presiden dan berakibat fatal, kemudian yang ketiga berhasil melukai Gubernur John Connally. Serpihan peluru yang diambil dari bekas luka Connally kemudian akhirnya dinamakan “peluru ajaib” karena memiliki keanehan dengan peluru lainnya.

Kesaksian Para Saksi
Tiga puluh lima saksi yang berada saat penembakan itu menganggap bahwa tembakan itu ditembakkan dari arah depan Presiden (dari daerah bukit kecil berumput), sementara 56 saksi mata mengira tembakan berasal dari sebuah depository di belakang Presiden, dan 5 saksi berpikir bahwa tembakan berasal dari dua arah.
Nellie Connally (istri dari Gubernur John Connally) yang juga duduk di mobil presiden di samping suaminya, lewat bukunya From Love Field: Our Final Jam, bersikeras bahwa suaminya dihantam oleh sebuah peluru yang berbeda dari yang mengenai Kennedy.
Roy Kellerman dari US Secret Service Agent, bersaksi bahwa, “Saat itu, dalam detik penembakan yang terjadi, tumpukan peluru masuk ke dalam mobil.” Kellerman mengatakan bahwa ia kemudian tiba-tiba melihat sebuah lubang dengan diameter sekitar 5cm di bagian belakang sisi kanan dari kepala Presiden. Ini mengkonfirmasi tembakan kedua yang mungkin dilakukan oleh seseorang.

Lee Bowers yang saat itu mengoperasikan menara pengawas kereta api mengatakan bahwa dia melihat dua orang pria berdiri di belakang pagar di sebelah timur laut pada bagian bukit berumput (yang dikatakan para saksi yang sepakat bahwa ada penembak kedua) sebelum penembakan terjadi. Namun, ketika iring-iringan lewat, kedua pria tersebut pindah ke depan pagar dan penembakan pun terjadi.

pagar yang dimaksud Lee Bowers
Clint Hill, Agen Secret Service yang melindungi Presiden dalam perjalanan ke rumah sakit, menjelaskan bahwa, “Bagian belakang kepalanya hilang.” Kemudian, untuk sebuah film dokumenter dari National Geographic, saat diwawancarai oleh salah seorang kru ia menggambarkan cacat besar di tengkorak Kennedy sebagai “lubang menganga di atas telinga kanan, kira-kira sebesar telapak tanganku.” Ini seperti mengkonfirmasi bahwa bukan tembakan dari depan presiden yang berakibat fatal terhadap preseiden sendiri. Tidak ada dalam teori jika ditembak dari depan, maka yang terkena dampak paling parah adalah bagian belakang.
Beberapa teori konspirasi mengandaikan bahwa setidaknya satu penembak terletak di Bangunan Dal-Tex berdasarkan keterangan para saksi juga setelah mengamati lintasan peluru yang menghantam tepi jalan di ujung selatan Plaza yang melukai Dealey James Tague. Dari catatan resmi juga mengatakan bahwa ada bukti ilmiah yang diajukan ke HSCA pada tahun 1978 yang menunjukkan bagian yang bangunan Dal-Tex juga mempunyai kemungkinan sebagai sumber tembakan.
Saksi-Saksi Yang Tiba-Tiba Meninggal
Hingga tahun 1970, penyelidikan telah banyak mengalami kendala akibat dari banyaknya para saksi yang tiba-tiba meninggal secara misterius. Berikut adalah kisah-kisah aneh daripada para saksi yang tiba-tiba meninggal tanpa alasan yang jelas:
Gary Underhill, seorang agen CIA yang tiba-tiba ditemukan tewas dengan tembakan di kepala. Sebelumnya Underhill sempat mengaku bahwa CIA telah terlibat dalam pembunuhan Kennedy. Kasusnya kemudian dianggap sebagai bunuh diri.
Guy Banister, seorang mantan agen FBI tiba-tiba tewas dan dikatakan oleh pihak berita resmi bahwa Banister telah meninggal karena serangan jantung. Anehnya, dokumen yang berisi informasi mengenai gerakan anti-Fidel Castro telah menghilang dari kantornya.
Mary Meyer, seorang pembantu pribadi dari Kennedy selama di gedung putih dibunuh pada Oktober 1964 di sebuah taman di Wahington. Buku hariannya kemudian menghilang tanpa jejak.
Rose Cheramie, seorang pelacur di sebuah club malam milik Jack Ruby (yang membunuh Oswald) meninggal dalam suatu kecelakaan tabrak-lari. Dua hari sebelum kematiannya, ia bercerita kepada polisi bahwa ia mendengar dua orang pria latin telah berencana untuk membunuh presiden.

Selasa, 14 Juni 2011

Kasus Pembajakan Pesawat yang Tidak Terpecahkan

Pada tanggal 24 November 1971, seorang pria kurus berambut gelap membayar $20 di bandara Portland, Oregon, untuk membeli tiket satu arah ke Washington. Dengan jas berwarna gelap, dasi yang dijepit, kaca mata hitam dan penampilan yang sopan, tidak ada yang menyangka bahwa pria ini akan melakukan satu kejahatan yang paling misterius dalam sejarah FBI.


Pria itu bernama Dan Cooper. Ia berjalan dengan santai memasuki pesawat Boeing 727 miliki maskapai Northwest Airlines dan duduk di kursi 18C. Beberapa menit setelah pesawat take off, Cooper memanggil pramugari bernama Florence Schaffner yang sedang duduk di dekatnya dan menyerahkan sebuah catatan kecil yang terlipat.

Ms Schaffner mengira Cooper hanya pria iseng lainnya yang berusaha memberikan nomor teleponnya. Jadi ia menerima catatan tersebut dan langsung menyimpannya ke saku tanpa melihat isinya.


"Nona, sebaiknya engkau membaca isi catatan itu. Aku membawa bom." Bisik Cooper kepada Ms Schaffner.

Ms Schaffner tidak mempercayai Cooper begitu saja. Tapi ia segera membuka catatan itu dan membaca tulisan yang tertera disitu. "Aku membawa bom di dalam koperku. Aku akan menggunakannya jika dibutuhkan. Pesawat ini telah dibajak."

Dalam catatan Cooper juga tertulis kalau ia menginginkan uang sebanyak $200.000 dalam pecahan $20 dan dua parasut utama beserta dua parasut cadangannya dikirim ke pesawat ketika mendarat di bandara Seattle-Tacoma, Washington.




Pilot William Scott yang menerima catatan itu dari Ms Schaffner kemudian segera menghubungi pusat pengendali udara di Seattle yang kemudian segera meneruskan pesan itu ke polisi dan FBI. FBI lalu meminta para kru pesawat menuruti keinginan sang pembajak hingga apa yang diinginkan tersedia.


Sementara itu Cooper duduk dengan tenang di dalam pesawat sambil menikmati Bourbon dan Soda.

Pada pukul 17:24, kru pesawat diberitahu bahwa permintaan Cooper telah dipenuhi. Ketika pesawat mendarat di bandara Seattle-Tacoma, Cooper segera memerintahkan pilot Scott untuk memarkir pesawat di tempat sepi di bandara dan mematikan semua lampu.

Seorang kru pesawat kemudian diperintahkan untuk mengambil uang beserta parasut dari tangan FBI. Setelah uang dan parasut sampai ke tangan Cooper, seluruh 36 penumpang dan pramugari Schaffner dilepaskan. Hanya empat orang kru pesawat yang sekarang ada bersamanya.

Hingga saat itu, para petugas FBI masih tidak mengerti mengapa Cooper meminta parasut.

Pada pukul 19:40, ketika pesawat telah diiisi kembali dengan bahan bakar, Cooper memerintahkan pilot untuk menerbangkan pesawat menuju bandara Reno. Disana pesawat kembali diisi dengan bahan bakar.




Lalu Cooper memerintahkan pilot untuk menerbangkan pesawat ke Mexico dengan kecepatan 170 knots dengan ketinggian dibawah 10.000 kaki. Pada saat itu juga otoritas terkait telah memerintahkan dua pesawat tempur mengikuti pesawat yang dibajak.

Dan di atas pesawat dalam perjalanan menuju Mexico inilah legenda Cooper dimulai.

Tidak lama setelah take off, Cooper menyuruh semua kru untuk masuk ke kokpit pesawat sedangkan ia mengikat parasut ke tubuhnya dan berjalan menuju buritan pesawat.

Di dalam kokpit, para kru melihat lampu indikator menyala dan tekanan udara berubah dengan drastis. Tepat pada pukul 20:13, mereka merasakan pintu di buritan pesawat bersuara dengan keras. Seseorang sepertinya telah membukanya !

Pilot Scott lalu berteriak lewat mikrofon,"Apakah engkau membutuhkan sesuatu ?"

"Tidak !" Kata Cooper.

Itu adalah kata terakhirnya yang didengar oleh para kru.

Cuaca di luar pesawat saat itu hujan lebat.

Dua jam setelah peristiwa itu, pesawat itu mendarat kembali di bandara Reno dengan kondisi pintu buritan terbuka.

Para agen FBI dan polisi lokal segera mengepung dan menyerbu masuk serta memeriksa semua sudut pesawat. Mereka menemukan sisa dua parasut, puntung rokok, sepotong dasi hitam dengan penjepitnya. Mereka tidak menemukan Cooper, koper berisi uang dan dua parasut lainnya.

Para agen FBI berkesimpulan bahwa Cooper telah terjun dari pesawat. Namun para pilot pesawat tempur yang mengikuti pesawat itu mengaku tidak melihat adanya seseorang yang terjun dari pintu buritan. Tapi mereka juga mengakui bahwa cuaca yang gelap dan hujan lebat mungkin telah membuat pandangan mereka menjadi terbatas.

Pencarian terhadap Cooper terus dilakukan pada tahun 1971 hingga tahun 1972. Namun usaha itu sia-sia. Cooper menghilang seperti ditelan bumi.

Lalu FBI mulai memfokuskan perhatiannya pada uang tebusan. Pecahan $20 yang diberikan kepada Cooper adalah uang yang dicetak pada tahun 1969 dengan nomor seri berawalan "L". FBI mengirim peringatan mengenai ini kepada seluruh institusi keuangan di Amerika. Namun usaha ini juga sia-sia. Ini mengindikasikan uang itu mungkin belum masuk ke pasaran.

Pada tahun 1978, tujuh tahun setelah Cooper menghilang, seorang pemburu menemukan sebuah plakat yang berisi instruksi bagaimana menurunkan pintu buritan pesawat Boeing 727 di lokasi yang berjarak hanya beberapa menit penerbangan dari lokasi pendaratan Cooper.

Lalu, pada tahun 1980, Jejak yang mulai mendingin kembali menghangat setelah seorang anak laki-laki bernama Brian Ingram menemukan uang sejumlah $5.880 dalam bentuk pecahan $20 yang telah hancur di sungai Columbia. FBI menemukan nomor seri uang tersebut sama dengan yang telah diserahkan ke Cooper.

Apakah ini berarti Cooper tenggelam di sungai Columbia ? ataukah seikat uang itu hanya terlepas dari ransel Cooper ?

Pertanyaan-pertanyaan ini sepertinya tidak pernah mendapat jawaban yang pasti.

Menurut hasil profiling FBI, Cooper mungkin adalah seseorang yang mengenal wilayah Seattle dengan baik, pernah berdinas di angkatan udara dan memiliki pengalaman dalam hal terjun payung.

Pada tanggal 31 Desember 2007, 36 tahun setelah pembajakan yang terkenal itu, FBI kembali merilis sketsa wajah Cooper, kali ini disertai dengan gambaran apabila ia bertambah tua. Dalam press release, FBI juga mengatakan bahwa mereka percaya Cooper tidak berhasil selamat dalam penerjunan itu, tapi mereka tetap ingin mengetahui identitasnya.

Fakta bahwa FBI merilis kembali sketsa wajah Cooper setelah 36 tahun menunjukkan bahwa mereka tidak mau menyerah untuk membongkar kasus ini.



Keterangan resmi dari FBI baru-baru ini menemukan bahwa nama Dan Cooper ternyata berasal dari sebuah karakter komik terbitan Perancis tahun 1960. Jadi nama Cooper mungkin memang bukan nama asli.

Dalam perjalanan penyelidikan kasus ini, FBI menyusun daftar tersangka yang mencapai hingga 1.000 orang. Dari 1.000 tersangka tersebut, ada tiga orang yang mungkin paling menarik perhatian. Yaitu Richard McCoy Jr, Duane L Weber dan Kenneth P Christiansen.

Tidak berapa lama setelah kasus Cooper, pada tanggal 7 April 1972, seorang pria bernama Richard McCoy Jr naik ke pesawat milik maskapai United Airlines di Denver dan menyerahkan catatan kepada pramugari yang berisi permintaan uang sejumlah $500.000 beserta empat parasut. Luar biasanya, Ia berhasil lolos dengan cara yang sama seperti Cooper, terjun dari pintu buritan pesawat.

McCoy berhasil ditangkap dua hari kemudian setelah seorang temannya melaporkannya dan ia dihukum penjara selama 45 tahun. Pada Agustus 1974, McCoy ditembak mati setelah mencoba melarikan diri dari penjara.


Setelah peristiwa McCoy, mantan agen FBI bernama Russel Calame menerbitkan sebuah buku yang menyatakan bahwa DB Cooper dan McCoy adalah pria yang sama. Dalam buku itu disebutkan bahwa metode yang digunakan oleh McCoy sama persis dengan Cooper.

Namun teori ini dibantah karena bisa saja McCoy hanya meniru apa yang dilakukan oleh Cooper. Lagipula wajahnya tidak sesuai dengan deskripsi para saksi.

Lalu pada tahun 2000, sebuah artikel di US News menyebutkan bahwa seorang janda bernama Jo Weber mengaku bahwa sesaat sebelum meninggal, suaminya Duane L Weber mengaku bahwa ia adalah Dan Cooper. Jo yang curiga lalu menyelidiki latar belakangnya dan menemukan kesamaan-kesamaan yang menakjubkan dengan Cooper. Selain itu Duane pernah mengakui kalau cedera lutut yang dimilikinya adalah akibat terjun dari pesawat.

Jo bercerita bahwa pada tahun 1979 ketika sedang berkunjung ke sungai Columbia, Duane berjalan di tepi sungai sendirian seperti sedang mengenang sesuatu. Lalu Jo juga menemukan tulisan tangan Cooper yang diberikan pada Ms Schaffer persis dengan tulisan tangan suaminya.

Ia lalu menceritakan hasil penemuannya kepada mantan kepala FBI bernama Himmelsbach yang menyelidiki kasus Cooper. Himmelsbach setuju kalau kedua orang itu memiliki banyak kesamaan. Namun penyelidikan terhadap Duane Weber dihentikan karena FBI menemukan bahwa DNA dan sidik jari Duane tidak sama dengan sidik jari yang ditemukan di pesawat.

Pada 29 Oktober 2007, New York Magazine merilis sebuah artikel yang menyebutkan bahwa seorang pria bernama Kenneth P Christiansen telah diidentifikasi sebagai DB Cooper oleh sebuah biro penyelidik swasta. Artikel ini juga menyebut bahwa Kenneth adalah mantan penerjun payung militer, mantan karyawan penerbangan, tinggal di Washington dekat dengan lokasi pembajakan dan kenal dengan karakteristik wilayah lokal dengan baik. Yang paling mencurigakan adalah ia membeli sebuah properti satu tahun setelah pembajakan. Ia juga suka minum bourbon dan merokok. Dan yang pasti, wajahnya sangat mirip dengan sketsa wajah Cooper. Namun FBI kemudian menolak teori ini karena tinggi badan, berat badan dan warna matanya tidak sesuai dengan deskripsi para saksi.

Ini perbandingan foto Kenneth Christiansen dengan DB Cooper. Lihat persamaan yang menakjubkan diantara kedua wajah ini, terutama hidung, rambut, dahi dan telinga.


Setelah McCoy, Weber dan Christiansen tidak lagi mendapat perhatian, Pada tahun 2008, seorang pengacara dari Washington bernama Galen Cook muncul dengan teori yang luar biasa. Menurutnya DB Cooper adalah seorang pria dari San Diego bernama William Pratt Gosset.

Cook percaya bahwa uang tebusan yang diambil Cooper tersimpan di safe deposit Box di Vancouver atas nama William Gosset yang meninggal tahun 2003. Pengacara itu juga menyebut bahwa sketsa yang dirilis oleh FBI sesuai dengan wajah William Gosset.

Menurut Cook, Gosset pernah mengatakan kepada tiga anaknya bahwa ia adalah DB Cooper sambil menunjukkan sebuah kunci safe deposit box. Gosset juga pernah mengaku kepada seorang pensiunan hakim di Salt Lake City bahwa ia adalah DB Cooper.

Hakim itu ingat saat ketika Gosset bercerita kepadanya :

"Pada tahun 1977, Gosset berjalan masuk ke kantorku dan menutup pintunya. Ia mengatakan bahwa ia mungkin sedang berada dalam kesulitan karena telah membajak sebuah pesawat dari Portland ke Seattle beberapa tahun yang lalu dan tanpa sengaja telah meninggalkan sidik jarinya di situ. Ia mengatakan bahwa ia adalah DB Cooper. Aku segera mengatakan kepadanya untuk menutup mulut dan jangan melakukan sesuatu yang bodoh dan tidak lagi menyinggung masalah itu."

Hingga saat ini, belum ada keterangan resmi dari FBI mengenai William Gosset.

Sampai sekarang, memang Cooper masih belum ditemukan. Entahkah masih hidup atau sudah meninggal. Tapi peristiwa Cooper paling tidak telah merevolusi industri penerbangan di Amerika. Alat pendeteksi logam ditambahkan di banyak bandara. Beberapa peraturan baru ditambahkan. Bahkan satu tahun setelah peristiwa Cooper, semua pesawat Boeing 727 diwajibkan memasang alat yang disebut "Cooper Vane" yang bisa mencegah pintu buritan dibuka selama penerbangan.

Dalam statusnya sebagai pelaku kejahatan yang misterius, boleh dibilang DB Cooper telah mencapai status sama seperti yang dimiliki oleh Jack The Ripper. Namun yang luar biasanya adalah, tidak ada yang pernah melihat wajah Jack the Ripper sehingga sangat wajar jika ia tidak pernah tertangkap. Soal Cooper, sekitar 40 orang menyaksikan wajahnya di dalam pesawat, namun tetap saja FBI gagal menangkapnya. Inilah yang membuat ia menjadi legenda yang luar biasa.

Kasus Cooper yang juga diberi kode "Norjak" sampai sekarang adalah satu-satunya kejahatan pembajakan pesawat yang tidak berhasil dipecahkan oleh FBI.

source: http://xfile-enigma.blogspot.com/2009/11/db-cooper-yang-misterius-kasus.html

DNA Membongkar Kasus Pembunuhan yang belum Terpecahkan Selama 15 Tahun Lalu

Jumlah contoh yang tersimpan di gudang data DNA Inggris telah memecahkan rekor 2 juta, mewakili 1/30 populasi Inggris. Data-data tersebut telah menjadi sarana polisi yang kuat dalam menindak kasus kejahatan, bahkan kasus pembunuhan yang belum terpecahkan di masa lalu pun dapat dibongkar.

Baru-baru ini kepolisian Inggris kembali mengadakan penyelidikan terhadap sebuah kasus pembunuhan 15 tahun lalu. Pada hari Valentine tahun 1988 waktu itu, seorang gadis 20 tahun yang bernama Heather dibunuh dengan 50 lebih tusukan pisau, dan mati mengenaskan di dalam kamar apartemennya sendiri. Polisi menemukan setetes darah yang golongan darahnya berbeda dengan korban di atas selembar kertas kaca bungkusan rokok di lokasi, namun tidak diketahui siapa orangnya, hanya bisa memasukkannya ke dalam arsip untuk disimpan jika dibutuhkan kelak.

Setelah gudang DNA semakin penuh, dan demi untuk menemukan lebih banyak contoh darah, mengadakan perbandingan DNA yang mungkin berasal dari tersangka, polisi kembali ke lokasi pembunuhan, mengangkat semua papan dinding di ke-4 sudutnya. Dan hasilnya membuat mereka terkejut girang, benar-benar menemukan lebih banyak bekas darah, dari sana memperoleh DNA yang sempurna, untuk di-input ke komputer, dan dilakukan perbandingan DNA di gudang data.

Meskipun, hasil perbandingan tidak ditemukan sama sekali contoh yang cocok, namun yang membuat pihak polisi merasa heran adalah, ada DNA yang ditinggalkan oleh seorang lelaki yang dikarenakan melakukan kejahatan dalam kasus pencurian, sangat mirip dengan DNA yang diambil di lokasi pembunuhan. Namun, polisi tahu persis bahwa lelaki ini tidak mungkin tersangka, sebab ketika pembunuhan terjadi, ia masih belum lahir. Lalu, polisi mulai mengadakan kunjungan satu demi satu terhadap saudara keluarga lelaki tersebut.

Saat polisi mewawancarai paman si lelaki yang bernama Geovour itu, ia terus terang mengakui bahwa dia sendiri adalah tersangkanya. Ia memberi pengakuan, bahwa waktu itu ia mengadakan transaksi hubungan seks dengan Heather dan telah disepakati dengan harga 30 poundsterling, namun saat setelah ia membayar, ia mengubah keputusannya, dan ingin mengambil kembali uangnya, namun ditolak. Di bawah kemarahan yang meluap-luap, lalu ia dibunuh dengan 50 lebih tusukan pisau.

Polisi mengirim DNA Geovour ke laboratorium untuk dianalisa, dan menemukan DNA sangat cocok dengan DNA di lokasi pembunuhan tersebut, keseluruhan kasus akhirnya terpecahkan, ia kemudian dijatuhi hukuman penjara seumur hidup oleh pengadilan.

Ketika sistem penyelidikan polisi Wales, Inggris, paling awal menyelidiki kasus ini, hampir terjadi salah tuduh. November 1990, teman lelaki si korban dan 2 orang sahabatnya, melalui proses interogasi yang panjang, diyakini sebagai tersangka dan dijatuhi hukuman seumur hidup. Dua tahun kemudian, pengadilan naik banding menganggap, bahwa cara mendapat pengakuan terdakwa tidak layak dan mengubah vonis mereka bertiga menjadi tidak bersalah.

Ketika Geovour akan divonis, mereka bertiga khusus datang ke pengadilan untuk mendengar, dan menyampaikan contoh kasus mereka yang hampir salah tuduh, ini menerangkan bahwa Inggris tidak semestinya mempertimbangkan kembali merehabilitasi hukuman mati.

Menurut statistik Departemen Dalam Negeri Inggris, bahwa polisi membongkar kasus pembunuhan yang terpecahkan dengan menggunakan gudang data DNA rata-rata setiap bulan adalah 15 kasus, kasus kekerasan yang terpecahkan setiap bulan sebanyak 31 kasus. Tahun lalu, kasus kejahatan yang terbongkar polisi Inggris dengan menggunakan bukti DNA mencapai 21 ribu kasus, telah meningkat 132% dibanding tahun 2000. (erabaru.net)*